Cahaya Matahari Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Cahaya Matahari. Here they are! All 27 of them:

β€œ
Dalam Doaku Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku Aku mencintaimu.. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu (1989)
”
”
Sapardi Djoko Damono
β€œ
Jadilah sepertinya, sinar cahaya kepada semua, sumber tenaga segala, paksi untuk semesta, sinarnya sampai walau dalam gelita"-Matahari, Hilal Asyraf
”
”
Hilal Asyraf (Matahari)
β€œ
Senyum bagi manusia adalah ibarat cahaya matahari bagi bunga. Kelihatannya sepele, tetapi apabila disebarkan sepanjang hidup, manfaatnya tidak bisa dihitung.
”
”
Joseph Addison
β€œ
Senja adalah rasa yang bertahan, ketika matahari memilih untuk tenggelam. Sebelum akhirnya ditinggal sendirian tanpa cahaya, dalam gelap.
”
”
Rohmatikal Maskur
β€œ
ya, aku memang seorang pemimpi. karena pemimpi adalah orang yang dapat menemukan jalannya dengan diterangi cahaya bulan, dan orang pertama yang melihat matahari terbit sebelum seluruh dunia melihatnya.
”
”
Oscar Wilde
β€œ
Tawa ceria adalah laksana cahaya matahari di dalam rumah.
”
”
William Makepeace Thackeray
β€œ
Aku ingat lagi dalam cahaya bulan, sayup malam kau menyangkul, menanam tabah lebih awal mengejar jejak matahari. (Sajak Buat Bapaku)
”
”
Rosli K. Matari (Tidakkah Kita Berada Di Sana?)
β€œ
Saya mengetahui malam selalu datang dengan gelap dan ketenangan, sayapun juga mengetahui adanya cahaya dan kebisingan disaat pagi hingga senja dan akhirnya kembali datang malam ditemani tiupan angin yang sunyi. Saat itu saya belajar tentang keseimbangan hidup. Belajar tentang banyak hal yang terjadi diantara kedua hal tersebut. Sunyi dan kebisingan, keduanya selalu mendampingi walau mereka berada hampir selalu berjauhan. Senja tahu tentang kepenatan dan rasa bosan yang diciptakan oleh kebisingan yang memuakan, senjapun juga sempat menyaksikan kebahagian yang diciptakan oleh sunyi walau sebentar tetapi itu sangat indah karna senja berwujud cantik selalu berwarna jingga berkilau emas diiringi sinari matahari yang tenggelam untuk tertidur.
”
”
Randy Juliansyah Nuvus
β€œ
hanya pemuda sederhana. Yang kecemerlangannya muncul lewat senandung yang ia hafalkan, terlihat dalam cahaya yang terpancarkan dari sepasang mata. Kecemerlangan yang terlihat bagai matahari perlahan muncul, atau menghilang di kaki langit
”
”
Sinta Yudisia (Rinai)
β€œ
Jika ada yang ingin kuberikan untukmu, itu hanyalah sekotak Crayon. . . Untuk mewarnai langitmu yang kelabu. Dipagi hari. . .kamu bisa mewarnainya dengan merah muda yah langit dengan matahari terbit memang indah. Disiang hari buatlah banyak cahaya matahari dengan kuning keemasan dan campurkan juga biru yang menenangkan. Namun jika kau ingin cuaca sejuk segar, kau boleh gunakan warna perak dan putih untuk cahaya kilat dan hujan yang lebat. Ada apa dibalik hujan? kutemukan jawaban. . .mari gunakan semua warna yang kau punya, ciptakan Pelangi. Pita indah warna-warni. Biarkan harimu berseri. Dan senja datang. . . ayo gunakan sang Jingga yang jelita, ucapkan selamat tinggal pada bola cahaya raksasa. Hari menggelap?belum! mari kita torehkan Ungu dengan titik-titik cahaya . . .selanjutnya kau boleh menghitamkannya, biarkan gelap menemani mimpimu tapi jangan lupa simpan sebuah bintang dΓ­bawah bantal, bersama dengan kotak warnamu . . . Esok warnai lagi langitmu dengan warna apapun yang kau mau. . . Berjanjilah jangan biarkan langitmu kelabu!
”
”
Citra Rizcha Maya
β€œ
Jangan takut menghadapi cinta. Ketahuilah bahawa Allah yang menjadikan matahari dan memberinya cahaya. Allah yang menjadikan bunga dan memberinya wangi. Allah yang menjadikan tubuh dan memberinya nyawa. Allah yang menjadikan mata dan memberinya penglihatan. Maka Allah pulalah yang menjadikan hati dan memberinya cinta. Jika hatimu diberiNya nikmat pula dengan cinta sebagaimana hatiku, marilah kita pelihara nikmat itu sebaik-baiknya, kita jaga dan kita pupuk, kita pelihara supaya jangan dicabut Tuhan kembali. Cinta adalah iradat Tuhan, dikirimnya ke dunia supaya tumbuh. Kalau dia terletak di atas tanah yang lekang dan tandus, tumbuhnya akan menyeksa orang lain. Kalau dia datang kepada hati yang keruh dan kepada budi yang rendah, dia akan membawa kerosakan. Tetapi jika dia hinggap kepada hati yang suci, dia akan mewariskan kemuliaan, keikhlasan dan taat kepada Ilahi.
”
”
Hamka
β€œ
Jangan meniru perangai lampu, menerangi orang lain tetapi diri sendiri terbakar. Tetapi contohlah perangai bulan, tiap-tiap dia bertentangan dengan matahari, dia mendapat cahaya baru.
”
”
Hamka (Tasauf Modern)
β€œ
Aku bukan kerikil yang akan melukai pijakan kakimu... aku bukan angin yang menghebusmu sesaat lalu hilang tak berbekas... aku bukan hujan yang membuatmu kedinginan bertahan di bawah siramanku... aku bukan matahari yang siap membakar hatimu... aku bukan Pelangi yang sempurna mewarnai Hidupmu... Aku hanya cahaya kecil bukan bara api yang sering kau lupakan saat begitu banyak bintang di atas langitmu... tapi di saat gelapmu... Aku yang kau butuh
”
”
LoveinParisSeason2
β€œ
Aku menganggap lautan adalah hasil tangisan Tuhan, tahu? Dia menangis lama sekali, sampai seluruh dunia jadi perairan. Mungkin karena kesepian. Makanya, setelah beres menangis, dia menciptakan banyak hal. Cahaya. Siang. Malam. Bumi. Langit. Matahari. Tanah. Binatang dan tumbuhan. Manusia. Lalu, dia berhenti di hari keenam, dan di hari ketujuh, dia sadar kalau dia membuat satu makhluk terlalu banyak.
”
”
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (Semua Ikan di Langit)
β€œ
Bukan tanpa alasan aku menyukai aglaonema. Bukan semata karena corak keindahan daunnya. Sebab, setiap lembar daun memiliki pesonanya sendiri. Tapi lebih daripada itu, ia adalah representasi dari diriku pribadi. Ia bukan jenis tanaman yang bisa tumbuh begitu saja. Ia butuh perhatian dan kasih sayang. Bukan semacam rumput liar yang bisa hidup di sembarang tempat, di atas beton, di atas aspal di pinggir jalan, di antara semak belukar dan bahkan reruntuhan. Ia mesti menyatukan semua elemen yang mendukungnya agar bisa bertahan hidup. Ia rumit dan pribadi yang kompleks. Sulit memahami sikapnya yang cenderung sentimental, yang rapuh dan tak tahan uji. Butuh perhatian penuh atas kepekaannya pada cahaya, pada panas matahari, pada sifatnya yang emosional, yang mudah layu, yang mudah tersinggung, yang tak mampu menanggung bebannya sendiri. Ia membutuhkan air dan kelembaban sebagaimana ia membutuhkan ruang yang lapang dan sirkulasi udara untuk bernafas. Tapi ia menolak segala yang berlebihan. Ia menolak air mata dan juga rasa iba. Baginya keindahan bukan sekedar pencapaian arti kesempurnaan diri. Keindahan adalah esensi dari setiap warna pribadi yang ia miliki. Sesuatu yang unik dan sekaligus artistik. Yang sepenuhnya membedakan dirinya dengan tanaman lain.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Bahwa kita harus tumbuh subur di bawah sinar matahari yang merupakan perumpamaan dari sebuah kondisi yang mudah dan menyenangkan. tetapi, tak selamanya kita akan menemukan matahari dalam kehidupan kita. Kadang ada kondisi di mana semuanya gelap, seperti tak ada harapan. Karena itu, kita harus menjadi manusia auksin. Dalam terang kita tumbuh subur, dan dalam gelap kita menjadi lebih tinggi, lebih dewasa. Kita juga tidak boleh menyerah dalam mencari cahaya. Layaknya auksin yang membimbing tumbuhan untuk menuju arah datangnya cahaya. Tak adanya harapan harus dapat membuat kita berusaha lebih keras untuk menemukan harapan tersebut, menciptakan jalan kita sendiri. Dengan demikian, kita akan tetap dapat tumbuh lebih tinggi dan subur, entah ada atau tidak ada matahari dalam hidup kita
”
”
indonesia mengajar
β€œ
Oh kau, gerimis yang jatuh di kala subuh. Dingin yang menggigit tulang. Cahaya lampu yang bergelung di balik selimut yang tebal. Engkaulah, pengharapan dari terbitnya matahari. Keindahan yang bergulir seperti butiran embun di atas dedaunan, lebih cemerlang dari permata. Bagaimana hatiku tak terpikat oleh keceriaanmu kala menyambut pagi? Kelopak kelopak bunga yang bermekaran, gemulai tangkai tangkai mawar tertiup angin. Terpesona oleh tawamu yang renyah, oleh kehangatan pribadimu yang bersinar dari dalam lubuk hati. Bagaimana aku tak jatuh hati pada kecantikanmu yang anggun bersahaja? Betapa kau sebarkan kebahagiaan dengan cara yang tak aku mengerti. Kau getarkan dawai pengharapan di jiwaku yang letih lesu. Dan kau buat diriku tak henti memikirkanmu siang dan malam. Kau balaukan tidurku yang resah gelisah oleh pantulan cahayamu yang menyilaukan serupa lampu neon di seberang jalan. Senyummu terbayang bayang dalam mimpiku serupa layang layang yang terbang di permai langit biru dalam rindu masa kanak kanakku. Kau aduk aduk hatiku seperti biduk yang terombang ambing di atas ombak. Menanti angin pasang yang akan membawaku pulang. Janganlah kau putus pengharapanku untuk sampai ke pantaimu. Ijinkan aku berjalan di atas pasirmu yang lembut. Berlindung di bawah payungmu yang menutupiku dari panas matahari yang melukai. Kau terima diriku dalam pondokmu yang kecil dan sederhana namun tertata rapi penuh oleh bunga bunga. Kau menyambutku dengan penuh suka cita di depan pintumu yang sekokoh kayu jati. Dan kau akan menjamuku bukan lagi sebagai tamu asing dalam rumahmu yang bersih melainkan sebagai diriku sendiri. Dalam cinta yang bersemi oleh penantian, doa dan pengharapan. Dalam penghiburan hati demi untuk mewujudkan mimpi mimpi abadi.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Dua tanda mata di pipi kanannya menyiratkan air mata yang tak pernah dititikkannya. Sebab luka itu seperti candu yang membuat niatnya hijrah tak kesampaian. Sesungguhnya, ia tak ingin pergi kemana mana selain ke surga. Oleh sebab itulah, mengapa ia membuat sebuah tangga menuju ke langit. Yang tak ia ketahui adalah, bahwa sebenarnya tak ada surga di sana. Lalu, kenapa ia melepas hijab itu hanya untuk memunggungi dunia? Ataukah demi mengingkari masa lalu yang terlanjur gagal memberinya kebahagiaan? Aku tak pernah tahu siapa nama gadis itu yang sesungguhnya. Ia mungkin saja bernama Lisa, Manda atau pun Maia. Aku hanya mengenalnya sebagai perempuan bermata abu abu muda seperti bulan badar yang berpendar di kegelapan malam. Tetapi orang orang menyebut dirinya sebagai Arunika, yang dalam bahasa Hindi berarti jingga seperti cahaya terbitnya matahari. Yang tak aku mengerti, mengapa ia mendudukkan dirinya sendiri dengan cara seperti itu? Membuat pikiran orang lain silau dan mabuk oleh candu yang ia tuangkan ke dalam gelas gelas kosong yang kesepian. Mereka tak lagi mampu melihat kepolosan wajahnya sebagai pantulan cermin yang menyejukkan. Sebab ia bukanlah Godiva, yang berkuda telanjang keliling kota untuk menemukan kebenaran yang ia cari. Wanita mulia yang menyingkap kebejatan dunia lewat tatapan mata semua orang. Sebaliknya, ia adalah perwujudan pikiran yang absurd dan carut marut. Ia telah menjadi kontradiksi yang tidak bisa dimengerti. Akan tetapi, ia tidak mewakili siapa pun selain dirinya sendiri. Karena kukira, ia telah mencemooh dunia ini dengan cara yang membuat orang takjub. Dunia yang sepertinya akrab, tapi tak sungguh sungguh kita pahami. Ia dikenal sebagai Arunika, tetapi di lain kesempatan ia bisa saja menjelma sebagai Lisa, Manda ataupun Maia. Dan sekalipun ia bercadar, kita akan selalu bisa mengenalinya lewat abu abu muda matanya yang berpendar seperti bulan badar di kegelapan malam.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Matahari tua, Hai selamat malam wahai sang surya yang sedang di lahap oleh gemerlap bintang Ku rindu kemilau jinggamu yang selalu menyipitkan mataku namun sangat sedap dinikmati dengan mata telanjang Ku rindu saat jinggamu tersungkur tergantikan oleh awan kelabu Saat itu juga... Ku rindu bercengkarama dengan asap Ibu Kota menaiki kuda mesin dan menikmati sepotong senja yang telah hilang bersamamu. Sampaikan rinduku padanya wahai senja abadi.
”
”
silviamnque
β€œ
Kala matahari tenggelam Benarkah hari berganti malam? Ah, aku rasa matahari hanya dipaksa diam Ia tetap pada porosnya, namun cahayanya semakin legam Seolah-olah ia padam Begitulah skenario alam Percayalah padaku kawan, aku yakin betul matahari hanya dipaksa diam Tampak langit mencakarnya hingga lebam Babak belur menjadikannya hitam Alih-alih tak ingin menghantarkan pesan seluruh makhluk yang terpendam Tak ada malam Yang ada hanyalah Matahari dipaksa diam. (Anyer - 13 Januari 2022)
”
”
Karunia Fransiska
β€œ
Cinta Dari Rutinitas Sehari Hari I. Ada saat di mana aku sangat mencintaimu, seperti berlama- lama memandang ikan yang berenang tenang di dalam kolam di pekarangan yang dulu pernah kita miliki. Itu rutinitas yang mesti aku mulai saat terjaga dari tidur di malam hari. Buang air kecil di toilet dan diam diam merenungi wajahmu yang terlelap di dalam gelap. Aku mencintaimu saat itu melebihi bagaimana kamu mencintaiku, mungkin dengan sedikit rasa belas kasihan. Seperti biasa, pagi tak pernah alpa mengungkap perasaannya. Terang cahaya matahari tak pernah berbasa basi. Ia bebas dan leluasa keluar masuk dari balik kaca jendela. Dan aku akan kembali mencintaimu untuk ruap wangi susu tanpa gula, menggantikan segelas kopi yang sudah lama tak pernah lagi aku nikmati. Kau melebur dalam jarum dan benang waktu yang menisik setiap butiran uap yang mengembang di dalam cangkir menjadi hem dan celana panjang untuk aku kenakan. Sesekali menuangkan wewangian ke dalam mesin cuci sambil menghindari letupan minyak dari penggorengan yang riuh menawarkan sarapan. Buatku cukup beberapa potong ubi buat pengganti nasi dan roti. Buatmu telur mata sapi dan bakmi goreng sisa semalam yang kita beli di pengkolan jalan. Masih ada sepotong pisang yang terusik dari nyenyak tidurnya dan tangan yang sibuk menyisihkan butiran garam dari cairan lupa. Setelah itu kau mulai ritual menggosok sepatu dengan keringat yang menetes dari dahimu. Diam-diam mengantar pesan rahasia daftar barang belanjaan ke telingaku sambil melambaikan tangan ke arah tetangga melewati pagar berkarat rumah kita. : Seperti itulah cinta yang bagimu sederhana.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Segelintir bintang tampak di sana sini, terserak seperti permata dari kalung yang putus, tetapi yang mendominasi langit adalah bulan sabit, senyum lengkungnya yang mencibir sarat dengan janji, tetapi tidak akan pernah memberikan cahaya sehangat matahari.
”
”
Stephanie Garber (The Ballad of Never After (Once Upon a Broken Heart, #2))
β€œ
Bola mata itu cemerlang. Seperti lautnya. Berkilauan saat cahaya keemasan matahari, memantu-mantul di permukaan laut. Dialah Putri dari Timur. Mutiara Nusantara.
”
”
Ana P. Dewiyana (Putri dari Timur)
β€œ
Ketika Beliau pergi menjauh, menghampiri pintu saya, dapat terlihat sejumlah besar ikan yang berserdawa lebih banyak lagi. Begitu banyak, hingga mereka tidak bisa menahan diri dan meledak menjadi jutaan bintik bercahaya. Buliran kecil cahaya yang keluar dari seluruh tubuh mereka menerpa saya sebelum hilang ke ujung lain luar angkasa untuk menjadi matahari bagi galaksi yang lain. Dan, ketika saya disentuhnya, saya bisa mendengar suara bintang-bintang itu: Suara tawa. Ah, ternyata inilah maksudnya. Beliau senang saya puji. Ikan-ikan berserdawa (sampai meledak, kadang-kadang) ketika Beliau merasa senang. Cahaya-cahaya bintang itu adalah pancaran kebahagiaan Beliau. Saya tidak tahu kalau sesuatu yang begitu ajaib seperti Beliau tetap menginginkan rasa diterima. Mungkin saya dibawa oleh Beliau untuk meyakinkan dirinya bahwa, bahkan benda gembrot tanpa nyawa pun dapat menyukai Beliau dan hasil karyanya.
”
”
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (Semua Ikan di Langit)
β€œ
Beliau mengajaknya bicara tentang rencananya terhadap dunia tersebut, dan cahaya itu mendengarkan dan menanggapi dengan rasa syukur karena telah tercipta untuk mendampingi Beliau. Heheheh .... Tidak ada yang lebih dicintai cahaya itu daripada Beliau, tidak ada. Heheheh .... Lalu, Beliau menciptakan manusia. Heheheh .... Di sinilah semuanya jadi kacau. Heheheh .... Mereka bilang, manusia adalah rangkuman dari jagad raya dalam bentuk makhluk hidup. Heheheh .... Dua mata manusia adalah matahari dan bulan. Heheheh .... Tulang-belulang mereka sekeras batu, daging mereka adalah tanah, urat nadi mereka bagai sungai dengan denyutnya yang mirip debur gelombang air .... Heheheh .... Beliau menuangkan semua hal yang pernah dia buat dan dia cintai dalam satu tubuhβ€”menjadikannya satu bentuk, dan memberikannya jiwa sendiri .... Heheheh ....
”
”
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie (Semua Ikan di Langit)
β€œ
Malaikat Kecilku Masih kubaca tawamu senja itu mengabur bersama bayang-bayang rembulan. Waktu yang melebur bersama turunnya hujan mengembalikanmu pada apa yang hilang. Perasaan-perasaan yang pernah engkau miliki; Pohon hayat yang dulu melahirkanmu. Cahaya matahari yang mengasuhmu. Sungai dan laut yang membesarkanmu. Rumput dan padang ilalang yang memberimu pelajaran tentang hidup. Tentang cinta dan kerinduan. Tentang sedih dan kekecewaan. Segala apa yang membuatmu tumbuh tegar dan kuat. Adakah kini engkau mengerti, betapa waktu mencintaimu sebagaimana adanya dirimu saat ini. Waktu yang membawamu menemui mereka yang datang dan pergi dalam perjalanan kehidupan. Waktu yang mendamparkanmu ke puncak gunung demi menatap wajah rembulan. Waktu yang menjejakkan langkahnya di pasir putih bersama tarianmu, demi mendengarkan gelora ombak samudra. Waktu yang membaca gelak tawamu di permukaan telaga dan memberimu kebahagiaan. Musim hujan akan segera tiba aku akan berusaha menulis puisi untukmu setiap hari. Dan engkau bisa membacanya bersama bintang-bintang agar mereka hadir menemanimu. Engkau tak akan lagi dirundung sunyi. Engkau tak akan pernah merasa sendirian. Sebab engkau bisa menjadi apa saja yang engkau inginkan. Berenang gemulai seperti ikan arwana yang elok lembut atau terbang di atas awan seperti burung layang-layang. Sungguh engkaulah malaikat kecilku. Bukan aku yang menjagamu, melainkan sebaliknya. Engkau mewarnai hidupku melebihi indah busur pelangi. Tak ada kebahagiaan yang melampaui keceriaan yang kau berikan lewat senyummu yang bersahaja. Jadi ijinkan aku menyatakan perasaan saat kamu masih terjaga, betapa dalam cinta ayah padamu. Seperti pesona binar tatap matamu yang tak pernah pudar dari ingatan. Terimakasih telah menjadi embun pagiku, penyejuk dahagaku. Selamat malam malaikat kecilku, tidurlah yang nyenyak. Bawalah senyum Tuhan dalam mimpi-mimpi indahmu.
”
”
Titon Rahmawan
β€œ
Perasaan-Perasaan yang Tak Tertanggungkan Aku tahu, engkau tak sedang ingin berbagi dengan cermin yang telah kaupecahkan itu. Ada luka yang sengaja kau torehkan pada sudut bibirmu dan kedua bola matamu agar cahaya tak membuatmu buta. Aku hanya bisa menduga-duga, entah sudah berapa lama kau mulai membenci matahari? Aku juga tahu, engkau tak ingin diganggu dengan segala ocehan-ocehan nyinyir yang cuma akan menyakitkan gendang telingamu. Sudah lama pula kutahu, bila engkau membenci hujan dengan suara berisik yang dibuatnya. Yang tak yakin aku ketahui adalah, barangkali tak ada yang kaucintai di dunia ini selain dirimu sendiri. Sekalipun mungkin, kau tak menyadari bila perasaan-perasaan yang sering kausembunyikan dariku itu jauh lebih menyakitkan dari pikiran bahwa waktu seakan tak pernah hadir di antara kita. Entah karena engkau memang tak menganggap diriku ada. Atau mungkin karena, aku hanyalah orang asing yang sekejap singgah dalam kamar kesendirianmu yang senantiasa terkunci itu. Aku cuma bisa mengintip dari sebuah lubang kecil di pintu hanya untuk mengetahui, bahwa engkau masih ada di dalam sana dan tidak sedang melukai dirimu sendiri. Namun, hanya dari jendela layar ponselmu yang masih berdetak itu sajalah aku bisa merasakan kesepianmu. Bukan sebagai seorang remaja yang sudah lama tak kukenal lagi, melainkan sebagai bayi yang dulu aku kandung dan susah-payah aku lahirkan. Sekiranya saja kau tahu, bagaimana sesungguhnya perasaan seorang ibu? Seandainya saja kau tahu, betapa aku hanya ingin menyapamu walau sekadar untuk menanyakan: apa kabarmu, hari ini?
”
”
Titon Rahmawan