Bawa Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Bawa. Here they are! All 66 of them:

Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri.. Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.. Keep our dreams alive, and we will survive.. [5cm]
Donny Dhirgantoro
kawal rasa cinta itu. kalau betul cinta, cinta biar ke syurga. maka apa persediaan kau untuk bawa keluarga kau ke syurga? adakah dinamakan cinta kalau kita sekadar melemparkan pasangan kita ke neraka? : muka surat 148
Hilal Asyraf (Sinergi)
quote Quotable Quote “Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apapun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri.. Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa.. Keep our dreams alive, and we will survive..
Donny Dhirgantoro (5 cm)
Ang bawa't bayani ay may kaukulang panahon, kung panong ang kapanahunan at mgapangyayaring umiiral ay lumilikha ng mga bayaning kailangan niya.
Amado V. Hernandez (Mga Ibong Mandaragit (Birds of Prey))
Taruh mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yg kamu mau kejar… Kamu taruh di sini… jangan menempel di kening. Biarkan… dia… menggantung… mengambang… 5 centimeter… di depan kening kamu… Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu NGGAK BISA menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apa pun itu, segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri… Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu. Dan… sehabis itu yang kamu perlu… Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, lapisan tekad yg seribu kali lebih keras dari baja… Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya… Serta mulut yang akan selalu berdoa
Donny Dhirgantoro
Hindi naagaw ng iba ang tao dahil ang tao'y hindi pag-aari ng iba. Kaya binigyan ang bawa't tao ng sariling isip ay para magkaro'n siya ng sarili niyang pagpapasiya.
Lualhati Bautista (Bata, Bata... Pa'no Ka Ginawa?)
Hindi naagaw ng iba ang tao dahil ang tao'y hindi paari ng iba. Kaya binigyan ang bawa't tao ng sariling isip ay para magkaro'n siya ng sarili niyang pagpapasiya.
Lualhati Bautista (Bata, Bata... Pa'no Ka Ginawa?)
Seperti cicak yang menempel di dinding, wajah gadis itu menempel di dalam otak saya, tak usahlah saya bawa sampai ke bagian tubuh yang menghasilkan detak. Cukup di otak, tak usah sampai ke jantung hati.
Cynthia Febrina (Stasiun)
The moment you shine the light, the darkness vanishes. Darkness exists only before there is light.
M.R. Bawa Muhaiyaddeen (To Die Before Death: The Sufi Way of Life)
Pulang dari laut bawa ikan. Di masak. Di makan. Habis. Beda dengan menulis. Walau kita sudah mati, karya tetap tak akan terkikis.
Pilo Poly
Dan saat kamu ninggalin aku, kamu bawa sebagian besar dari diri ku, hidup ku dan mimpiku” - Paris
LoveinParisSeason2
Kalau ingin menguji seberapa ikhlas dirimu, maka sering-sering bawa sandal swallow ke mesjid.
Robi Aulia Abdi
Cinta emang harus enteng, kalau berat, jadi beban. Kalau enteng, enak dibawa-bawa.
Kincirmainan (Enjoy The Little Things)
Semua yang udah terjadi itu gak bisa diulang lagi." "Kalau Tuhan udah menghendaki, kalian gak bisa bersatu lagi, apapun yang kalian lakukan itu gak akan berhasil." "Hidup itu indah. Harus kita nikmati dan syukuri. Kita gak boleh menyesali apa yang udah terjadi." "Tapi kita harus mensyukuri apa yang masih kita miliki Karna waktu tak akan bisa terulang lagi." "Tuhan udah ngatur orang yang datang dan pergi dalam hidup kita dan itu semua karna sebuah alasan." "Meskipun Tuhan udah bawa pergi orang yang kita cintai dalam hidup kita, aku yakin itu semua karna sebuah alasan yang lebih baik lagi.
LoveinParisSeason2
Manusia? Aku kira ada kira-kira enam atau tujuh orang. Aku pernah melihat mereka beberapa tahun lalu. Tapi tidak pernah jelas dapat dicari di mana. Mereka terbawa-bawa angin. Mereka tidak punya akar dan sangat susah karena itu.
Antoine de Saint-Exupéry (The Little Prince)
Jangan karena dia menyukai postinganmu dan tidak pernah absen meninggalkan komentar di media sosial lantas kau artikan bawa dia mencintaimu. Dunia maya mudah sekali menipu, membuatmu merasa diberi harapan palsu. Padahal itu salahmu.
Alfin Rizal
The flowers of your qualities will reveal your true nature. If you have the fragrance of God, you will have the fragrance of an insan kamil, a perfected man. There will be light in your face, beauty in your heart, and sweetness in your speech. (p. 399)
M.R. Bawa Muhaiyaddeen (The Golden Words of a Sufi Sheikh (Revised Edition))
Punya visi saja tak cukup, kamu harus punya energi dan keberanian untuk menggapainya. Posisi mu sebagai pemuda saja tak cukup, kamu harus bawa perubahan negeri ini ke arah yang lebih baik! Jadilah pemuda pencari solusi, solusi untuk Indonesia dan jadilah pemuda yang berani membawa perubahan.
Arief Subagja
Kalau sampeyan nanti pulang, tolong ajak saya, bawa saya ini. Saya akan sangat berterimakasih kalau sampean bisa bawa saya keluar dari daerah ini. Saya sudah cukup lama disiksa oleh keadaan, sementara saya tidak tahu jalan keluar - Sulastri Dari Sompok Semarang Yang Dibuang Jepang di Pulau Buru
Pramoedya Ananta Toer (Perawan Dalam Cengkeraman Militer)
Berulang kali aku telah berjanji pada diri sndri yang kemudian sllu saja aku khianati krn keserakahan diri aku sendiri. Tuhan, tenggelamkan aku dalam birunya lautan rindu. Rindu kepada Engkau yang menciptakan rindu itu sendiri. Tuhan, bawa lah aku mengarungi luasnya lautan cinta, cinta kepada Engkau Sang Maha Cinta. Sang Maha Pencipta alam semesta!
Alfisy0107
O man, correct your mind Adopt God‘s qualities And you will receive The crown of God‘s kingdom.
M.R. Bawa Muhaiyaddeen (The Golden Words of a Sufi Sheikh (Revised Edition))
Precious child, what is the meaning of the saying, "We must die before death?" It means we must make all the evil qualities, all the qualities of satan within us, die before our death. If those qualities die, then the world within us dies. And if the world within us dies, then all the sins, ghosts, demons, and satan's contained within it also die. The desire for earth, gold, and sexual pleasure all die along with the world within us. All that is left is Allah and His power (quadrat). If all the evil qualities die within us, then we die before death and only Allah's qualities, actions and conduct will remain. Then there will be no death for us. We will have attained eternal life (hayat). If we attain eternal life, where will we live? We will live in heaven, in God's kingdom.
M.R. Bawa Muhaiyaddeen (To Die Before Death: The Sufi Way of Life)
So then where is the kingdom of God in man? It is in the heart. That is heaven. That is God. The heart is the station of God. All that matters is there. This is where God, the soul, and the light of wisdom exist. This is a temple of God which is formed as an atom within an atom, heart within the heart, the cjalb within the cjalb. It is within what is within. It cannot be destroyed by the five elements. You must understand this. It can never be destroyed. (p. 96)
M.R. Bawa Muhaiyaddeen (To Die Before Death: The Sufi Way of Life)
Dogs' bond with humans is bred into their very cells, their genes; it's written through their entire history, a chronicle that can be read in their eyes. But inside this black wire cage, in the lolling eyes of what remained of a Pekingese, there was nothing legible at all. One could hardly grieve for the dog, because the dog was already gone. To euthanize it - which a BAWA vet mercifully did, moments later, with the customary dose of anesthesia - was merely to acknowledge its departure.
Bill Wasik (Rabid: A Cultural History of the World's Most Diabolical Virus)
Aku bicara sama angin, Bertanya mengapa bawa khabar rindu? Aku bicara sama purnama, Mengapa cahaya indah selalu tidak lama? Aku bicara sama langit, Bagaimakah luas ruang tapi terasa sempit? Aku bicara sama laut, Apakah bisa ia melemaskan perenang? Aku bicara sama hujan, Ada insan gembira melihat kau jatuh. Aku bicara sama mentari, Di bawah meraih cahayamu. Aku bicara sama pena, Kubilang sudah bicara sama angin, purnama, langit, laut, hujan dan mentari, Tetap saja yang bicaraku tidak terjawab.
mardia
All we have learned so far amounts to only a handful of earth. What we have yet to learn is as large as the whole world. There is so much to know about the mysteries and the wealth of Allah. There is so much more to be known, and we will learn it only as our wisdom develops. We must proceed slowly, always learning more and more. (p. 8)
M.R. Bawa Muhaiyaddeen (The Golden Words of a Sufi Sheikh (Revised Edition))
Ia seperti potongan cerita yang tak akan pernah habis dimakan jaman. Rangkaian yang tak mudah terurai. ini terlalu kompleks memang. Saat rasa tak lagi bisa dibendung. Aku ingin bertemu dengamu sekali lagi. Hanya ingin menagih, kembalikan separuh jiwaku. Kau memang berhak berada didekatnya. Tapi tak berhak untuk kau bawa pergi selamanya. Kematian ialah ia yang selalu aku takutkan Tapi selalu aku rayakan. Merayakan karena aku menunggu Bahwa setiap nafas akan berada pada ujungnya Dan takdir akan memanggilnya Tapi menggigill ketakutan saat ia merenggut semua pergi. Padahal tak memiliki apapun, dan tak dimiliki siapapun Selalu begitu, yang tersiksa bukan ia yang meninggalkan Tapi ia yang ditinggalkan. Kepergianmu seperti sel bagiku. Ia memenjarakanku dalam kerinduan panjang tentangmu. kau yg telah membawa separuh jiwaku dan mematahkan sayapku. Tak ada yg lebih menyakitkan selain kepedihan yang tak bisa lagi ditangiskan...
Renti Susanti
Cinta Ayah & Cinta Ibu Cinta ayah tak pernah selembut cinta ibu. Cinta ibu sering digambarkan seperti matahari: terang, hangat, selalu tampak berseri. Ia memberi tanpa henti, mengasuh, mendidik, memeluk dengan sabar, hingga anak-anak tahu—kasih itu punya wajah perempuan. Tapi cinta ayah? Ia seperti akar pohon: diam dan tersembunyi di dalam tanah, tidak terlihat, sering dilupakan, namun tanpanya batang takkan pernah berdiri, daun takkan pernah hijau, buah takkan pernah ranum. Ayah rela jadi bayangan, agar ibumu bisa menjadi cahaya. Ia rela jadi garam, tak terlihat di meja makan, tapi tanpa dirinya masakan akan berasa hambar. Seringkali, anak-anak hanya tahu cerita ibu— tentang sakit melahirkan, tentang malam-malam panjang penuh tangisan. Mereka lupa ada ayah yang menahan kantuk di luar rumah, berpeluh sepanjang hari, agar air susu bisa terus mengalir di rumah kecil itu. Ada ibu yang, karena luka hatinya, menyebut ayah tak berguna di telinga anak-anaknya. Dan kata-kata itu tertanam seperti duri, membuat anak memandang ayahnya dengan mata curiga. Padahal, ayah itulah yang senantiasa paling siaga setiap kali keluarga diancam bahaya. Cinta ayah tidak selalu manis, ia sering kaku, dingin, bahkan terasa jauh. Ia mungkin pernah memukulmu bila kau khilaf, tapi melarangmu untuk menangis. Bukan karena ia tak peduli, tapi karena ia memikul beban yang tak pernah ia bagi. Ia lebih banyak diam, karena di balik diamnya ada seribu doa yang tak terdengar telinga. Ibu mungkin pernah berkata, “Jangan cari suami seperti ayahmu.” Tapi ayah, meski sering diremehkan, masih bisa berkata dengan rendah hati: “Berbaktilah pada ibumu. Karena surga ada di telapak kakinya.” Betapa ironisnya: ayah yang disalahkan, tetap mengajarkan anaknya untuk tetap mencintai ibunya. Dan dari situ kita tahu, cinta ayah bukan sekadar tentang dirinya, melainkan tentang keluarga—baginya, keluarga adalah segalanya. Mungkin kau tidak akan pernah melihatnya menangis di hadapanmu, tapi lututnya bisa gemetar saat tak mampu lagi bekerja. Ia mungkin tak pandai berkata manis, tapi ia adalah tameng pertama ketika badai menerjang. Ia mungkin jarang di rumah, tapi tiap rupiah yang ia bawa pulang adalah cara bagaimana ia berkata: “Aku ingin kau bahagia, dan hidupmu jauh lebih baik dariku.” Ayah adalah hujan yang datang malam-malam, mengisi sumur tanpa disadari. Ayah adalah batu pijakan di sungai deras, yang kau injak untuk menyeberang, meski batu itu sendiri tenggelam di dalam derasnya arus. Maka bila kau mencintai ibumu, jangan lupa untuk menghormati ayahmu. Karena di balik masakan lezat ibumu, ada tetes keringat ayahmu. Di balik rumah yang melindungimu dari panas dan hujan, ada tulang punggung ayahmu yang menahan beban. Ayah bukanlah dewa, ia bisa rapuh, bisa sakit, bisa salah, bisa jatuh. Namun justru karena itu, cinta ayah adalah cinta yang paling manusiawi: tak sempurna, tapi tetap setia. Tak tampak, tapi sungguh nyata.
Titon Rahmawan
When we say Sufi we mean that state in which one has attained true wisdom. The state of the Sufi is the state in which, having controlled and subdued all the other states, one becomes the resplendent sun, the resplendent light of God. One who is in this state is called a Sufi, and the state is called Sufism, or Sufi-Sun. (p. 4)
M.R. Bawa Muhaiyaddeen (The Golden Words of a Sufi Sheikh (Revised Edition))
Let each of us reflect on this. O you who love God, you who have absolute faith in God! There is only one God and there is only one race. When we accept one God and one race, when we worship God without creating differences, then our prayers will be fulfilled. Only on that day will our prayers be genuine. All the time we fail to perceive that total oneness, our prayers will be the prayers which divide people. In the same way that satan divided people from one another, our prayers will divide people from one another. The qualities of satan separate us from Allah, and prayers which fail to perceive that there is only one God are prayers of separation. As long as division exists, true prayer does not exist. Only when we pray with the realization that we are all one, one family and one people, will true prayer to God occur. (p. 17)
M.R. Bawa Muhaiyaddeen (The Golden Words of a Sufi Sheikh (Revised Edition))
So then where is the kingdom of God in man? It is in the heart. That is heaven. That is God. The heart is the station of God. All that matters is there. This is where God, the soul, and the light of wisdom exist. This is a temple of God which is formed as an atom within an atom, heart within the heart, the qalb within the qalb. It is within what is within. It cannot be destroyed by the five elements. You must understand this. It can never be destroyed...(p. 96)
M.R. Bawa Muhaiyaddeen (To Die Before Death: The Sufi Way of Life)
We will attain a state where Allah's prophets and saints become our relatives who will come to meet us and talk with us. (p. 67)
M.R. Bawa Muhaiyaddeen (To Die Before Death: The Sufi Way of Life)
...isang kabanata lang ng buhay ang tinatapos ng bawa't ending at hindi ang kabuuan ng kasaysayan, may mga kuwentong ayaw mo nang dugtungan. May mga tauhan na ayaw mo nang kumustahin.
Lualhati Bautista (In Sisterhood—Lea at Lualhati)
Noong araw, ang inihanay kong modelo ay binibigkas at isinusulat na “bakin at,” “bawa at,” “sapagka at,” 'nguni at,” “subali at,” at “datapuwa at.” . . . Ngunit sa ika-19 na siglo ay tila nawala ang mga anyong ito at higit na ginagamit sa anyong pinagdikit bagaman may kudlit bilang simbolo sa inalis na titik A: “baki't,” “bawa't,” “sapagka't,” “nguni't,” “subali't,” at “datapuwa’t.
Virgilio S. Almario (Filipino ng mga Filipino: Mga Problema sa Ispeling, Retorika, at Pagpapayaman ng Wikang Pambansa)
...Pero bakit imbis na mamanhid ay sugatan ang pakiramdam niya sa bawa't piraso ng kanyang laman?
Lualhati Bautista (‘GAPÔ (at isang puting Pilipino, sa mundo ng mga Amerikanong kulay brown))
Betapa munafik suaminya itu, membawa-bawa agama untuk kepentingan dirinya sendiri, padahal membaca Yasin saja masih pakai huruf latin.
Muhamad Rivai (Pertanyaan Paling Aneh)
Pulang dari laut bawa ikan. Dimasak. Dimakan. Habis. Beda dengan menulis. Walau kita sudah mati, karya tetap tak akan terkikis.
Pilo Poly
bukalah pintumu untuk segumpal cinta yang aku bawa di taman jasminmu
S.M. Zakir (Kumpulan Puisi: Aroma)
Kepala yang bertahun-tahun aku bawa tiba-tiba hilang, kata bapak, aku tidak berusaha mencarinya sebab kehilangannya tidak membimbangkan memilikinya adalah satu bebanan.
Nassury Ibrahim (Dongeng Bapak)
Cintamu, cinta yang berputik dalam keadaan rusuh. Cinta hari-hari rusuhan tak upaya kau bawa ke mana-mana.
Faisal Tehrani, Cinta Hari-Hari Rusuhan
sesaat aku hampir lupa cara menghargai sesuatu, bukan karena rasa tidak tahu terima kasih ini, tetapi rasa kesakitan yang dulu hampir membuat ku lupa cara mencintai dengan benar, dan sekarang sepertinya aku seperti orang yang paling pintar untuk mencintaimu, terima kasih sudah datang dihidupku dengan pelajaran penuh cinta yang kau bawa dan terima kasih sudah mengajari arti kebahagian dengan mencintai dengan tulus
Ayuni zalvalliams
Jadi, beban ini, sesuatu yang nggak ingin aku lepas. Sesuatu yang ingin aku bawa ke perjalanan lain. Dan aku masih akan tetap berjalan jauh, berjalan terus, sampai aku bisa berhenti dan nggak bisa berjalan lagi.
Valerie Patkar (Serangkai)
Dreams are disappointing, right? Kita selama ini selalu berharap sama mimpi. Lewatin hidup cuma untuk mengejar mimpi itu, karena kita percaya dia yang bakal bawa kita bebas dan bahagia. Tapi waktu kita udah bisa gapai mimpi itu, nggak ada yang bisa bikin kita bahagia. Dan yang brengsek, sekalipun mimpi itu terus-menerus mengecewakan lo dan membuat lo menjadi orang asing untuk diri sendiri, di suatu titik lo akan sadar kalau lo nggak akan pernah bisa ninggalin mereka. Karena lo tahu, selama ini cuma karena mimpi itu, hidup lo akhirnya punya tujuan.
Valerie Patkar (Lukacita)
Dia nggak akan bisa melepaskannya begitu saja tanpa meninggalkan bekas yang akan dibawa-bawa sampai entah kapan kalau segalanya tak tuntas. Iya kalau luka itu mengering dan jadi bekas, bisa jadi luka itu tetap basah, hanya tampak sembuh, padahal setiap saat siap menjadi luka baru. Elisa
Kincirmainan (Empat Bulan yang Lalu)
During Dorabji’s leadership, three hydroelectric power companies, two cement companies, a large edible oil and soap company, an insurance company and an airline were added to the Tata group. Dorabji’s role in building the Tata empire is often glossed over, perhaps because he was overshadowed by two particularly charismatic individuals—his predecessor Jamsetji and his successor JRD.
Coomi Kapoor (The Tatas, Freddie Mercury & Other Bawas: An Intimate History of the Parsis)
Exhale from your left nostril, “There is nothing other than You.” Inhale from your right nostril, “illAllāh,
M.R. Bawa Muhaiyaddeen (Secrets of the Last Ant Man)
Lā” is an Arabic word, a negation. “Lā ilāha”—there is nothing other than You. “IllAllāh”—You are Allāh. Exhale from your left nostril, “There is nothing other than You.” Inhale from your right nostril, “illAllāh,” You are Allāh, the One who gives abundantly without diminishment. Seat this in your heart. Of all mantras, this is the most exalted, the mantra through which you can see the One who exists in the beautiful form of bliss.
M.R. Bawa Muhaiyaddeen (Secrets of the Last Ant Man)
Jagjit Singh Bawa, a Sikh property dealer, said that Bhindranwale used to extort money by threats from his own community too. Bawa once received a letter demanding 20,000 rupees. He
Mark Tully (Amritsar Mrs. Gandhi's Last Battle)
please let’s quit killing each other over books! Let’s move on to killing each other over bluegrass and salad oil and circumcision and predestination and foreplay and whose uncle is the right line, where the prepositions go, and what happens after we die. Those are worth fighting for. The book thing is just getting really old. Bawa Muhaiyaddeen says,
Jalal ad-Din Muhammad ar-Rumi (The Book of Love: Poems of Ecstasy and Longing)
Perempuan berjiwa keibuan seperti dia bisa kamu bawa ke mana saja sesuai keinginanmu. Melambung di awang-awang atau menyelam di jurang penderitaan.
Suparto Brata (Tak Ada Nasi Lain)
Pages, the witness and the sink, Of crushed souls and million dreams, Sometimes they come from lost closets, And the journey begins like the first step.
Vishal Bawa
Whoever falls into this water of divine knowledge will keep changing, until the taste of Allah is within him and he becomes the beauty of Allah.
M.R. Bawa Muhaiyaddeen (A Mystical Journey)
Look at yourself. You came into this world, but what you have to realize is that you came from Him and you must return to Him. The light within you has to merge with that One Light. Then the dark show of life will disappear.
M.R. Bawa Muhaiyaddeen (Come to the Secret Garden: Sufi Tales of Wisdom)
When you become the light of wisdom, darkness can never conceal you. (p. 40)
M.R. Bawa Muhaiyaddeen (The Golden Words of a Sufi Sheikh (Revised Edition))
With his iman, he will split open and sift everything he sees. He will pierce through it with his wisdom and his firm certitude and determination, without allowing his mind to become fatigued, without allowing his heart to give up. If he can continue to pierce and cut through what is within everything, he will see only Allah. He will see Allah‘s wealth, Allah‘s powers, Allah‘s qualities, and nothing else. In every moment, in every tree, in every flower, and in every blade of grass, he will see only God. In every tree, every fruit, every fragrance, every flower, every bird, every cow, every goat, in whatever he beholds he will see only the secret of Allah, the powers or wilayats of Allah, and the qualities of Allah. When he looks at an ant he will discover Allah‘s secrets. When he looks at a fruit he will be amazed and say, „What a wonder! How praiseworthy You are. How subtly You have created the fruit. What flavors it contains!“ If he looks at a honeybee he will see how much wisdom it has, how it builds its house, what qualities it has, and how it tastes the honey and shares it with everyone. (p. 4)
M.R. Bawa Muhaiyaddeen (The Golden Words of a Sufi Sheikh (Revised Edition))
The books in our hands can be consumed by fire, water, or air. But when God‘s words of wisdom are imprinted on our hearts, that is the Qur‘an, that is the Bible, that is the scripture, and nothing can consume them. (p. 18)
M.R. Bawa Muhaiyaddeen (The Golden Words of a Sufi Sheikh (Revised Edition))
Sudah siap bawa pulang cuan melimpah setiap hari? Di Ampmbet, kesempatan menang besar bukan cuma impian—tapi kenyataan!
Ampmbet
Call -> 9334206467 # Independent Call Girls in Hotel Bawa International Booking Website = > nightlaila.com WhatsApp => 9334206467 Website = > nightlaila.com WhatsApp => 9334206467 Booking Website = > nightlaila.com Service - > • In Call and Out Call Service in Mumbai • 3* 5* 7* Hotels Service in Mumbai • 24 Hours Available in Mumbai • Indian, Russian Escorts, College & Models Available • Short Time and Full Time Service Available • Hygienic Full AC Neat and Clean Rooms Avail. In Hotel 24 hours • Daily New Escorts Staff Available * Russian Call Girls Mumbai * Independent Call Girls Mumbai * High Profile Call Girls Mumbai * Nepali Call Girls Mumbai * South Indian Escorts Service Mumbai * Escort Service in Mumbai * Escorts Girl In Mumbai * Housewife Escort Mumbai * Naughty Girl Escort Service Mumbai * College Call Girls Mumbai * Female Escort Service Mumbai * Vip Model Escort Service Mumbai * Night Out Call Girls Mumbai We Provide: • Models • VIP Models • Russian Models • Foreigner Models • TV Actress and Celebrities • Receptionist • Air Hostess • Call Centre Working Girls/Women • Hi-Tech Co. Girls/Women • Housewife • Collage Going Girls. • Traveling Escorts. • Ramp-models • Foreigner And Many More. In-call & Out-call Available… Tags: Mumbai call girls, mumbai escorts, Mumbai call girl, Independent call girl in Mumbai, Call Girls in Mumbai, call girl Mumbai, call girls Mumbai, Mumbai Russian call girls, Housewife escorts Mumbai, call girl in Mumbai, Mumbai escorts girl, Mumbai call girl service, call girls service in Mumbai, Cheap call girls Mumbai, escort service in Mumbai, escorts service in Mumbai, escorts in Mumbai, Mumbai escort service, Mumbai escorts service, Female escorts service in Mumbai, Mumbai VIP Escorts, Call Girl Number, Call Girl Near Me, Call Girl WhatsApp Number, Call Girl Phone Number, Call Girl Justdial, Call Girl Justdial Number, Call Girl In Justdial Mumbai, Hotel Call Girl Number
Dr Saka
Call -> 9334206467 # High Profile Call Girls in Hotel Bawa Continental Booking Website = > nightlaila.com WhatsApp => 9334206467 Website = > nightlaila.com WhatsApp => 9334206467 Booking Website = > nightlaila.com Service - > • In Call and Out Call Service in Mumbai • 3* 5* 7* Hotels Service in Mumbai • 24 Hours Available in Mumbai • Indian, Russian Escorts, College & Models Available • Short Time and Full Time Service Available • Hygienic Full AC Neat and Clean Rooms Avail. In Hotel 24 hours • Daily New Escorts Staff Available * Russian Call Girls Mumbai * Independent Call Girls Mumbai * High Profile Call Girls Mumbai * Nepali Call Girls Mumbai * South Indian Escorts Service Mumbai * Escort Service in Mumbai * Escorts Girl In Mumbai * Housewife Escort Mumbai * Naughty Girl Escort Service Mumbai * College Call Girls Mumbai * Female Escort Service Mumbai * Vip Model Escort Service Mumbai * Night Out Call Girls Mumbai We Provide: • Models • VIP Models • Russian Models • Foreigner Models • TV Actress and Celebrities • Receptionist • Air Hostess • Call Centre Working Girls/Women • Hi-Tech Co. Girls/Women • Housewife • Collage Going Girls. • Traveling Escorts. • Ramp-models • Foreigner And Many More. In-call & Out-call Available… Tags: Mumbai call girls, mumbai escorts, Mumbai call girl, Independent call girl in Mumbai, Call Girls in Mumbai, call girl Mumbai, call girls Mumbai, Mumbai Russian call girls, Housewife escorts Mumbai, call girl in Mumbai, Mumbai escorts girl, Mumbai call girl service, call girls service in Mumbai, Cheap call girls Mumbai, escort service in Mumbai, escorts service in Mumbai, escorts in Mumbai, Mumbai escort service, Mumbai escorts service, Female escorts service in Mumbai, Mumbai VIP Escorts, Call Girl Number, Call Girl Near Me, Call Girl WhatsApp Number, Call Girl Phone Number, Call Girl Justdial, Call Girl Justdial Number, Call Girl In Justdial Mumbai, Hotel Call Girl Number
Dr Saka
Lalu, muka Narso yang berlabuh di lehernya itu menundukkan dalam penyerahan dan pejam mata. Waktu itu apa lagi yang akan dikerjakannya lain daripada itu. Ia tak berdaya apa-apa. Ia bertindak atas naluri dan detak jantungnya. Sesuatu yang telah ia bawa sejak lahir dan tiba-tiba menuntut jalannya keluar. Begitu mendesak dan segalanya itu di luar kuasanya. Dan, cintanya yang besar makin memudahkan ia luruh dalam penyerahan yang bulat tanpa tanggung-tanggung.
W.S. Rendra (Pacar Seorang Seniman)
Nafsu, Kehati-hatian dalam Suasana Tepat untuk Bercinta (Shades of "In the Mood for Love, 2046, Lust, Caution, Infernal Affairs, Chungking Express, Hero & Neo-Noir.") Tony, setiap kali kau melintas di layar, dunia berhenti bernapas seolah kamera Wong Kar-wai telah mengikat denyut bumi pada nadi kecil di bawah matamu. Tapi aku hendak menulis tentang hal lain— tentang kota-kota yang menua atau tentang tubuh manusia yang gagal memahami keinginan— lalu kau muncul begitu saja, seperti bisikan neon yang memaksa ingatan mundur ke jalan-jalan sempit Hong Kong pada menit yang tak pernah diputar ulang. Bagaimana mungkin kau memikul begitu banyak kesepian, Tony? Kesepian yang licin seperti hujan, dan setajam bilah yang pernah kau selundupkan ke balik lengah sejarah. Setiap peran yang kaumasuki bukanlah karakter— melainkan lorong psikis yang kau bongkar dengan tangan hening. Chow Mo-Wan, yang menyembunyikan rahasia di lubang kuil Angkor Wat, Masih berjalan di belakangmu seperti bayangan yang tak rela mati. Aku ingin bicara denganmu, Leung bukan sebagai penulis, bukan sebagai penonton, tetapi sebagai seseorang yang tahu bagaimana rasanya menjadi rahasia yang tidak ingin disembunyikan. Aku membawa segelas bir, angin malam, dan suara klakson yang patah. Di meja kecil itu, kau hanya menatap; seolah seluruh sejarah ketidaksetiaan sedang berusaha menulis ulang dirinya sendiri di balik tajam sorot matamu. Chiu-wai, aku tak lupa bagaimana kau mencabik tubuh gadis itu dalam Lust, Caution: bukan dengan jemarimu, tetapi dengan kehampaan yang mematuhi logikanya sendiri. Aku benci padamu— sekaligus iri pada dingin pisau itu, pada caramu memegang nafsu sebagai alat penyiksaan. Mr. Yee, kau bilang: "Satu sudah mati. Separuh otaknya hilang. Saya mengenali yang lainnya." Dan aku tahu, bahkan tanpa kamera, kau tetap akan tersenyum dengan keanggunan seorang pembunuh yang terlalu elegan untuk merasa bersalah. Namun ketika kau berlari menembus lampu-lampu jalan raya untuk menyelamatkan sekelebat hidup yang terlihat rapuh, seolah kematian pun ragu menelanmu. Adegan itu indah— indah karena dunia sesaat lupa bahwa kau tidak pernah benar-benar ingin hidup. Kau tahu, Tony, aku masih mengikutimu ke kedai mie yang tua itu. Aku memilih kursi paling belakang, mendengar sumpit menemukan mangkukmu seperti dentang jam yang menunda takdir. Kau berbicara lewat telepon kepada perempuan yang bukan istrimu dan tanpa sadar menghidupkan kembali dosa-dosa yang lupa kau kubur. Aku melihatmu di meja mahyong. Aku tahu ekspresi wajah pemain curang. Dan kau, Leung— kau bukan Dewa Judi Ko Chun, meski dunia ingin percaya bahwa keberuntunganmu datang dari langit, bukan dari kehancuran batin yang luar biasa detail. Aku seharusnya membunuhmu waktu itu, waktu kau telanjang dan tertidur bersama istriku dalam mimpi yang kau curi. Tubuh kalian basah, sunyi, dan terlalu jujur. Tapi aku tidak jadi melakukannya. Bukan karena kau tak layak mati— melainkan karena aku ingin melihat apa yang tersisa dari cahaya ketika ia melewati matamu. Apa itu keberanian, Tony? Apa itu kehati-hatian? Apa itu keinginan yang terus mengintai di balik sutra, kain, dan rahasia? Kau tak akan bisa menjawab. Kau hanya bisa hidup dalam kilau film yang selalu menunda tamat, karena realitas terlalu sempit untuk menampung duka yang kau bawa. Dan aku, aku akan terus membuntutimu dari film ke film, dari kehidupan ke kehidupan, menunggu saat kau sadar bahwa yang kukagumi bukanlah dirimu— tetapi kehancuranmu yang tak pernah berakhir. (2024 - 2025)
Titon Rahmawan
HELIANTHUS: DARK MANUSCRIPT (7 Luka Vincent, yang Tak Pernah Selesai Dibaca Cahaya) I. Asal Cahaya Kuning adalah luka paling tua yang menetes dari tubuh matahari ke nadi seorang lelaki yang tak pernah sanggup menanggung pagi. Setiap tetesnya menggores helai urat syaraf retak dan denyut seperti lonceng gereja yang kehilangan doa. Arles memanggilnya dengan suara serak dari tembok lembab sebuah rumah kuning yang lebih mirip mulut cacing yang menelan sepi. II. Anatomi Sebuah Telinga Di tubuhnya tumbuh seekor singa yang menggigiti dagingnya dari dalam ke luar. Orang-orang menyebutnya “gila” karena mereka takut pada binatang yang selalu lapar. Namun ia tahu: yang mengaum itu adalah cahaya yang tak sanggup ia jinakkan. Cahaya yang mengelupas kulit seperti kuku Gauguin yang meninggalkan jejak garam di punggung. Maka ia memotong telinganya sebagai tumbal— segumpal daging kecil yang ia bungkus rapi dalam sapu tangan putih dan ia persembahkan kepada suara yang ia kejar sejak kanak-kanak. III. Perjamuan Orang-Orang yang Tak Selesai Theo hanya memandangnya seperti memandang sumur retak tak berair. Gachet mengukur nadinya seperti menakar jarak antara iman dan putus asa. Gauguin menutup pintu dan membiarkan lorong panjang itu menjerit sendiri. Di sudut café, sebotol anggur pecah seperti pecahnya bintang di langit malam yang murung. Nama-nama kalender tergantung di dinding seperti kepala-kepala yang terpenggal. Tak satu pun cukup tajam untuk menebas sunyi yang bergema di benaknya. IV. Kanvas yang Tak Menghendaki Jiwa Pemiliknya Ia menatap bunga-bunga matahari itu yang rontok satu per satu seperti gigi para martir. Kuning di situ bukan warna. Kuning adalah jeritan. Kuning adalah mimpi buruk yang merayap ke pori-pori dan memakan tidur malamnya hingga tak bersisa. Setiap helai kelopak adalah surat yang tak pernah ia kirim kepada Tuhan yang ia yakini sedang bersembunyi di balik sepotong cermin retak. V. Ladang Gandum dengan Langit yang Tak Mengampuni Pistol di tangannya lebih dingin dari Saint-Remy. Ia menembak bukan untuk mati. Ia menembak untuk menutup suara yang terus berbisik dari sisi lain cahaya. Asap kecil itu terhenti di udara seperti doa yang ragu-ragu. Namun maut menolak. Bahkan kematian pun tak ingin menginap di tubuh seorang lelaki yang terluka oleh cahaya. Ia berjalan pulang sambil menyeret bayangannya yang terbelah dua. VI. Epilog di Bawah Cahaya yang Makin Pucat Pada akhirnya, lelaki itu hanya ingin membiarkan cahaya menembus tubuhnya tanpa menyisakan nama. Kanvas yang koyak mengapung di udara seperti burung-burung gagak yang terlambat pulang. Dunia tak akan pernah mengerti mengapa seseorang mencintai cahaya lebih dari jiwanya sendiri. Di liang lembab itu, kelopak-kelopak bunga matahari yang ia bawa sepanjang hidup luruh satu demi satu seperti mantra yang kehilangan tuhan. Desember 2025
Titon Rahmawan
DAS SCHWARZE LICHT (Todesfuge: di mana dunia dibantai dan kata-kata ikut dibantai) Di titik ini, langit tidak runtuh— langit dibungkam. Matahari tidak gelap— matahari dicongkel dari orbitnya dan dibuang ke lumpur. Dan bahasa? Bahasa adalah korban pertama. Saat Celan berdiri di tepi ladang pembantaian itu— medan perang yang bukan mitologi, melainkan sejarah yang dibakar sampai tak bersisa— ia tidak membawa kitab, tidak membawa nyanyian, tidak membawa doa. Yang ia bawa hanyalah: debu dari paru-paru ibunya, salju dari sungai yang menelan ayahnya, kata-kata yang dipatahkan, alfabet yang dipaksa mengakui kekejaman manusia. Di dasar jurang ini, apa yang kita temui bukan pertempuran terakhir, melainkan pertempuran yang tak pernah selesai. Ragnarok tanpa fajar kembali. Apocalypse tanpa kitab suci. Holocaust tanpa saksi yang utuh. Kurukṣetra tanpa avatar penyelamat. Hanya ada: Dunia yang dibantai. Dan bahasa yang sekarat untuk menyaksikan pembantaian itu. Celan menulis dari dalam kubur yang masih terbuka, dengan kata-kata yang sudah cacat, dengan bahasa yang patah, dengan syair yang harus tetap berjalan meski jemarinya telah hancur. Ia menulis: "Schwarze Milch der Frühe, Keheningan adalah bahasa terakhir yang tidak bisa dibantah.” Tetapi yang menghantui bukan keheningan. Yang menghantui adalah suara yang mencoba berbicara meski seharusnya sudah mati. Di dasar jurang ini, satu kata saja melahirkan genosida dalam ingatan. Satu jeda napas saja menyalakan kembali api pembakaran. Satu huruf saja mengandung seluruh sejarah penderitaan umat manusia. Bahasa Celan tidak mencoba menjelaskan. Bahasa Celan menolak menjelaskan. Ia menggigit, meronta, mengeras, meracuni dirinya sendiri, dan tetap menuntut ditulis. Karena itulah Celan menulis bukan dengan pena— tetapi dengan: serpihan tulang, bayangan tubuh yang hilang, sisa-sisa nama yang terhapus, kata-kata yang telah dipaksa menjadi alat pembunuhan. Di titik ini, puisi tidak lagi bisa diselamatkan. Dan penyair tidak lagi bisa diampuni. Di titik ini kita melihat inti kengerian itu sendiri: bahwa manusia mampu menciptakan kekejaman bahasa yang jauh lebih kuat untuk menghancurkan dunia yang diciptakannya sendiri. Dan Celan berdiri sebagai saksinya. Dengan satu kalimat yang membelah seluruh sejarah: “Ada kebenaran yang tidak bisa ditanggung oleh manusia, dan puisi adalah satu-satunya tempat di mana kebenaran itu bisa tetap hidup.” November 2025
Titon Rahmawan
Adarusa Hapaheman yang merubuhkan pohon itu adalah kerabat dekatmu Batu yang dulu kaupungut dari sungai dan membawanya ke tepi Jejak yang ia tinggalkan di atas tanah tegalan yang kekeringan Dan janji yang tak terbeli. Istrinya adalah sekuntum mawar yang layu sebelum waktunya Sandyakala yang mendadak tua setelah melahirkan 3 ekor anak burung; Seekor burung gagak Seekor burung prenjak Dan seekor merpati yang pemalu namun baik hati. Mereka tak pernah terbang terlalu jauh dari sarang itu. Sarang yang bukan miliknya Rumah yang tak pernah ia dirikan untuk keluarga. Karena ia hanyalah seekor adarusa. Tak ada yang dimilikinya sendiri kecuali hutang-hutang masa lalu; Tanah yang tak pernah ia cangkul. Benih yang tak pernah ia tanam. Adakah kemarahan semacam itu akan terpendam selamanya? Seekor pejantan lancung yang hanya bisa datang saat ia lapar Dan lalu pergi hanya untuk memenuhi egonya sendiri. Ia telah menjadi beban bagi masa silam Dan batu yang kian hari kian memberati Sayap-sayap kelam yang tak mampu terbang lagi. Telah tua ia sekarang Masih dengan tabiat yang sama Watak yang sepertinya hendak ia bawa mati Langit sekarat menunggu waktu Segala apa yang ia punya, hanyalah luka Bukan nama atau harta untuk diwariskan. Takdir dan nasib buruk serupa suara guntur di kejauhan. Ia adalah hapaheman yang merubuhkan pohon Tempat di mana sarang itu berada. Sarang yang ditinggali istri dan tiga anak-anaknya. November 2025
Titon Rahmawan, dkk
Realitas Meminjam lidah dari percakapan orang-orang di jalan; Betapa kulihat subur uban tumbuh di kepala nenekku. Kalong dan kampret beterbangan mencuri buah dari atas meja Di televisi bertebaran berita; orang di gelandang ke dalam bui karena korupsi. Ada yang sedang berubah dari dunia ini; Tak ada lagi kulihat orang mandi di kali Sudah lama kita kehilangan musala tempat mengaji. Orang-orang tenggelam di sawah Terpacak ke dalam lumpur kering Tegalan menjelma jadi hamparan batu. Kerbau dan kambing kehilangan kandang. Hutan dan padang rumput di babat habis. Aku duduk mencangkung di serambi dengan adikku, menunggu Bapak pulang membawa kenduri dari hajatan penganten tetangga kampung sebelah. Ia datang bersama heran. Sedang di jalan bersliweran kuda-kuda pacu yang tak satu pun peduli. Truk-truk mengangkut gunung dan perbukitan mengepulkan asap. Saat emas dan perak pelan-pelan menghilang, maka kerikil dan bebatuan jadi barang berharga. Aku sempat bertanya kepada Ibu, "Benarkah kita telah kehilangan suara adzan?" Bukan yang bertelur dari nyaring corong pengeras suara, Melainkan yang menetas langsung dari dalam hati para ibu. Dulu waktu kecil, aku senang sekali menyimak lagu tentang 'sajadah panjang' yang konon tercipta dari sebuah puisi. Tapi mengapa kini, tak ada lagi orang berdiskusi di atas gelaran tikar? Tak ada kulihat tenda terpasang yang sengaja didirikan untuk memberi makan pengemis yang kelaparan. Tak ada anak-anak berlarian di lapangan. Betapa banyak permainan seperti gasing dan gundu yang raib bersama berlalunya waktu? Lebih aneh lagi, mengapa lapak-lapak di pasar jadi sepi kehilangan pembeli? Mal-mal tumbuh seperti jamur di musim penghujan Tapi kemudian mendadak senyap seperti kota mati. Murid-murid di sekolah tumbuh menjadi dewasa tanpa pernah mengerti bagaimana sesungguhnya uang bekerja. Padahal seribu tahun mereka tenggelam dalam layar yang penuh informasi itu. Lahir 'ceprot' dengan hape dalam genggaman. Surga bukan lagi tempat di mana kita membayangkan bidadari. Orang banyak berdebat tentang agama Tanpa tahu di mana sesungguhnya Tuhan berada. Langit semburat jingga, mengapa kini terlihat biasa-biasa saja? Dan seterusnya Dan seterusnya... Sampai kutemukan ternyata ke mana perginya orang-orang itu Konon katanya mereka terbang di bawa UFO ke sebuah planet yang berwarna biru. Dan demikianlah, kebohongan hadir sebagai realitas sehari-hari. Bukan untuk dipertanyakan Bukan untuk dibantah. November 2025
Tiron Rahmawan
美国格雷特纳找小妹服务(极品小妹全套)【小姐妹约炮网止k5200.vip真实上门服务】美国格雷特纳哪有小姐一条龙服务-美国格雷特纳怎么找外围约炮【小姐妹约炮网止k5200.vip真实上门服务】美国格雷特纳哪里有外围女服务、学生上门预约服务,可满足您的一切要求,快速安排靠谱(Yh09Kc)0BAwA
美女