Batu Api Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Batu Api. Here they are! All 4 of them:

β€œ
1967 Di museum kutemukan dahimu penuh kerak timah, meleleh membutakan matamu. Diam-diam kutawarkan tali. Mungkin kau ingin menjerat tubuhku. β€œKujajah tubuh belalangmu. Kita bersembunyi di gua, lari dari topeng-topeng yang kita pentaskan. Jangan kaulempar tali! Ayahku akan kehilangan wujud lelakinya. Ibuku memuntahkan ulat yang telah lama dikandungnya.” Di museum, matamu memecahkan seorang perempuan. Kau terbangun dari kantuk. Kutelan gelap. Kukunyah api. Aku mulai membakar jantung. Mana taliku? Kau ingat di mana telah kutanam impian yang disembunyikan perempuan jalang yang harus kupanggil β€œtante”? Perempuan itu tak lagi memiliki hati. Hidupnya sudah digadaikan untuk orang-orang yang rajin menyapanya di jalanan. Mungkinkah dia ibuku? β€œJangan lilit tubuhku dengan tali. Batang tubuhku buas. Tak ada tali mampu mengikatnya. Jangan hidangkan impian. Mari mereguk kata-kata. Kautahu tumpukan huruf pun kuserap. Tumbuhkanlah anak rambutmu. Ayahku diam-diam menanam kebesaran, tapi aku tak memiliki rangka iga. Mari senggama di batu-batu. Mungkin ingin kaukuliti karang tubuhku?” Kau tampak pandir. Tolol. Uapmu mencairkan satu demi satu bukit yang kusimpan erat di urat tangan. Di museum kau menjadi begitu pengecut. Aku mulai menggantung bayi di ujung rambutmu. Matanya memuntahkan pisau. Kuperingati hidup dengan seratus tahun sunyi Garcia. Ikan-ikan meluncurkan sperma. Betina-betina memuntahkan gelembung karang. Di museum, kesunyian begitu runcing. Tahun-tahun yang pernah kita pinjam kumasukkan dalam api upacara pengabenan. Pulangkah aku? Siapa yang kucari? Diam-diam Garcia sering mengajakku bersenggama di tajam ombak, di museum, dalam mata, jantung, hati dan keliaranmu. Aku tetap gua kecil yang ditenggelamkan dingin. Berlayarlah selagi kau masih ingat laut. Jangan catat namaku. Karena ibuku pun membuangku di buih laut. Mencongkel hatiku dengan lokan. 1999
”
”
Oka Rusmini (Pandora)
β€œ
Ah, mengapa ada manusia kalah? Bolehkah tanpa berkhayal hampa kita mendambakan suatu dunia sesudah perang kemerdekaan ini, yang menghapus dua kata "kalah dan menang" itu dari kamus hati dan sikap kita? Atik merasa intuitif, bahwa pada hakikatnya manusia diciptakan hanya untuk menang. Ataukah itu gagasan yang hanya mungkin akan timbul, karena yang punya gagasan itu ada di pihak yang menang? Sedangkan manusia yang kalah akan berkesimpulan lain, sebab beranjak dari pikiran atau penghayatan yang lain juga, ialah, bahwa manusia pun hakikatnya adalah kekalahan konstruksi absurd, bahan tertawaan, batu tindasan. Mungkinkah kalah dan menang itu diganti oleh satu konsep saja, unsur-unsur harmoni, kendati tempatnya bertentangan? Apakah kematian ayahnya harus diartikan malapetakan atau pintu gerbang ke tingkat kebahagiaan yang lebih luas dan mulia? Atik yakin, bahwa tak mungkin ayahnya sekarang dalam keadaan menyedihkan. Sebab ayah manusia yang baik dan budiman. Bagi yang ditinggal, memang menyayat hati. Tapi bagi yang meninggal? Lalu apa beda dari ide-ide para pemberontak di Madiun itu yang melihat segala-gala bagaikan pertikaian air lawan api, agar tercapai hasl air teh? Bukan dialektika, melainkan dialog seharusnya.
”
”
Y.B. Mangunwijaya
β€œ
Ah, mengapa ada manusia kalah? Bolehkah tanpa berkhayal hampa kita mendambakan suatu dunia sesudah perang kemerdekaan ini, yang menghapus dua kata "kalah dan menang" itu dari kamus hati dan sikap kita? Atik merasa intuitif, bahwa pada hakikatnya manusia diciptakan hanya untuk menang. Ataukah itu gagasan yang hanya mungkin akan timbul, karena yang punya gagasan itu ada di pihak yang menang? Sedangkan manusia yang kalah akan berkesimpulan lain, sebab beranjak dari pikiran atau penghayatan yang lain juga, ialah, bahwa manusia pun hakikatnya adalah kekalahan konstruksi absurd, bahan tertawaan, batu tindasan. Mungkinkah kalah dan menang itu diganti oleh satu konsep saja, unsur-unsur harmoni, kendati tempatnya bertentangan? Apakah kematian ayahnya harus diartikan malapetaka atau pintu gerbang ke tingkat kebahagiaan yang lebih luas dan mulia? Atik yakin, bahwa tak mungkin ayahnya sekarang dalam keadaan menyedihkan. Sebab ayah manusia yang baik dan budiman. Bagi yang ditinggal, memang menyayat hati. Tapi bagi yang meninggal? Lalu apa beda dari ide-ide para pemberontak di Madiun itu yang melihat segala-gala bagaikan pertikaian air lawan api, agar tercapai hasl air teh? Bukan dialektika, melainkan dialog seharusnya..
”
”
Y.B. Mangunwijaya
β€œ
Ah, mengapa ada manusia kalah? Bolehkah tanpa berkhayal hampa kita mendambakan suatu dunia sesudah perang kemerdekaan ini, yang menghapus dua kata "kalah dan menang" itu dari kamus hati dan sikap kita? Atik merasa intuitif, bahwa pada hakikatnya manusia diciptakan hanya untuk menang. Ataukah itu gagasan yang hanya mungkin akan timbul, karena yang punya gagasan itu ada di pihak yang menang? Sedangkan manusia yang kalah akan berkesimpulan lain, sebab beranjak dari pikiran atau penghayatan yang lain juga, ialah, bahwa manusia pun hakikatnya adalah kekalahan konstruksi absurd, bahan tertawaan, batu tindasan. Mungkinkah kalah dan menang itu diganti oleh satu konsep saja, unsur-unsur harmoni, kendati tempatnya bertentangan? Apakah kematian ayahnya harus diartikan malapetaka atau pintu gerbang ke tingkat kebahagiaan yang lebih luas dan mulia? Atik yakin, bahwa tak mungkin ayahnya sekarang dalam keadaan menyedihkan. Sebab ayah manusia yang baik dan budiman. Bagi yang ditinggal, memang menyayat hati. Tapi bagi yang meninggal? Lalu apa beda dari ide-ide para pemberontak di Madiun itu yang melihat segala-gala bagaikan pertikaian air lawan api, agar tercapai hasil air teh? Bukan dialektika, melainkan dialog seharusnya...
”
”
Y.B. Mangunwijaya