“
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
”
”
Sapardi Djoko Damono
“
Sajak kecil tentang cinta
Mencintai angin harus menjadi siut...
Mencintai air harus menjadi ricik...
Mencintai gunung harus menjadi terjal...
Mencintai api harus menjadi jilat...
Mencintai cakrawala harus menebas jarak...
MencintaiMu harus menjadi aku
”
”
Sapardi Djoko Damono
“
Ya Rabb, Engkaulah alasan semua kehidupan ini. Engkaulah penjelasan atas semua kehidupan ini. Perasaan itu datang dariMu. Semua perasaan itu juga akan kembali kepadaMu. Kami hanya menerima titipan. Dan semua itu ada sungguh karenaMu...
Katakanlah wahai semua pencinta di dunia. Katakanlah ikrar cinta itu hanya karenaNya. Katakanlah semua kehidupan itu hanya karena Allah. Katakanlah semua getar-rasa itu hanya karena Allah. Dan semoga Allah yang Maha Mencinta, yang Menciptakan dunia dengan kasih-sayang mengajarkan kita tentang cinta sejati.
Semoga Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk merasakan hakikatNya.
Semoga Allah sungguh memberikan kesempatan kepada kita untuk memandang wajahNya. Wajah yang akan membuat semua cinta dunia layu bagai kecambah yang tidak pernah tumbuh. Layu bagai api yang tak pernah panas membakar. Layu bagai sebongkah es yang tidak membeku.
”
”
Tere Liye (Hafalan Shalat Delisa)
“
saudara-saudara kita menjadi tameng api neraka kita , maka berbuat baiklah pada mereka ...sungguh, saudara kita akan menjadi penghalang siksa dan azab himpitan liang kubur..
”
”
Tere Liye (Hafalan Shalat Delisa)
“
Aku Ingin
aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya debu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
”
”
Sapardi Djoko Damono
“
Tuhan, di dunia dan akhirat
aku ingin mengabdi
pada api Islam abadi
pimpin aku!
berkati perjuanganku!
Tuhan, aku ingin maju
menerjang rintangan engkar
di dadaku biar menggema
Allahu Akbar!
Allahu Akbar!
”
”
Hamka (Cermin Penghidupan)
“
SEMENTRA KITA SALING BERBISIK
Sementara kita saling berbisik
Untuk lebih lama tinggal
Pada debu, cinta yang tinggal berupa
Bunga kertas dan lintasan angka-angla
Ketika kita saling berbisik
Di luar semakin sengit malam hari
Memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa unggun api
Sebelum fajar. Ada yang masih bersikeras abadi.
(1966)
”
”
Sapardi Djoko Damono (Hujan Bulan Juni)
“
Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham energi cinta akan meledakannya dengan sia-sia.
”
”
Dee Lestari
“
Apakah sajak-sajakku akan
menjadi sekawah api
untuk membakar rohku
di negeri abadi-Mu?
”
”
Rahimidin Zahari (Bayang Beringin)
“
Kereta api tidak pernah terbang. Ia selalu setia pada rel yang dipijak - Rania
”
”
Asma Nadia (Love Sparks In Korea (Jilbab Traveler))
“
Your uniqueness is your greatest strength, not how well you emulate others.
”
”
Simon S. Tam
“
Islam adalah guru serta pembimbing ilmu pengetahuan, dan pemimpin serta bapak dari segala pengetahuan. (Said Nursi)
”
”
Habiburrahman El-Shirazy (Api Tauhid)
“
„Čia ir dabar mes taip pat esame nuolat informuojami apie pabaigą. Apie ją mums primena kiekviena surūkyta cigaretė, išgerta vyno taurė ar obuolio nuograuža. Keista, bet šiais laikais suvokti savo laikinumą ir baigtinumą yra didesnis maištas nei troškimas suardyti amžiną pasaulio tvarką ir būti nemirtingam.
”
”
Jurga Ivanauskaitė (Viršvalandžiai)
“
Kebenaran paling agung dalam Islam--setelah syahadat--adalah shalat. Siapa yang tidak shalat dia pengkhianat. Dan pemerintahan seorang pengkhianat itu ditolak! (Said Nursi, hal.425)
”
”
Habiburrahman El-Shirazy (Api Tauhid)
“
Menegakkan syariat tidak boleh dengan melanggar syariat! Syariat tidak boleh dilanggar dengan memanfaatkannya dan berteriak-teriak demi dia, padahal bukan. Kunci syariat ada bersamaku, yaitu Al-Quran. (Said Nursi, hal.462)
”
”
Habiburrahman El-Shirazy (Api Tauhid)
“
Siapa yang mengenal dan mentaati Allah, maka ia akan bahagia walaupun berada di dalam penjara yang gelap gulita. Dan siapa yang lalai dan meupakan Allah, ia akan sengsara walaupun berada di istana yang megah mempesona. (Sain Nursi)
”
”
Habiburrahman El-Shirazy (Api Tauhid)
“
,,Apie skausmą nereikia klausti, skausme reikia užjausti, atjausti, būti šalia ir laikyti tą, kuriam skauda, už rankos. Ko gero, tai paprasčiau nei prisiverst pasiteirauti: ,,Kaip tavo sveikata?“ Paprasčiau, nes žmoniškiau.
”
”
Jurga Ivanauskaitė (Viršvalandžiai)
“
Kita harus ikhtiar untuk memperoleh kehidupan yang abadi di alam yang fana ini. Duduk dengan nyaman dan meminta surga itu tidak mungkin! Aku tidak seberani itu meminta surga dengan duduk nyaman. (Said Nursi, Hal.457)
”
”
Habiburrahman El-Shirazy (Api Tauhid)
“
Lama aku memandang ke semburan-semburan lidah api yang meleleh ke bawah itu. Elok, ya, indah. Banyak yang kejam keji tampak indah dari kejauhan.
”
”
Y.B. Mangunwijaya (Burung-Burung Manyar)
“
Musim semi adalah bukti tak terbantahkan adanya hari kebangkitan, bagi yang berpikir. Sangat mudah bagi Allah membangkitkan yang telah mati, semudah Allah menciptakan musim semi. Tetumbuhan yang telah sekarat dan mati di musim dingin tumbuh kembali dengan subur di musim semi. Allah -lah yang menumbuhkannya.
”
”
Habiburrahman El-Shirazy (Api Tauhid)
“
Ada orang yang namanya lekat sebagai pembangun kota bersejarah bahkan pembangun sebuah imperium. Ada juga orang yang bahkan anaknya saja tidak mengenalnya. (Fahri, hal. 512)
”
”
Habiburrahman El-Shirazy (Api Tauhid)
“
Patriotisme memang sering seperti api lilin di dalam tong terang, tapi terkurung.
”
”
Goenawan Mohamad (Catatan Pinggir 7)
“
tapi, anakku, hidup senantiasa mengembara
”
”
Usman Awang (Duri Dan Api)
“
„Mirštantysis visą laiką negalvoja apie tai, kad jis miršta, o ligonis nemintija vien apie savo ligą, kaip ir sveikasis nuolat negalvoja apie tai, kad gyvena. Daugelis sveikųjų apie gyvenimą išvis pamiršta. Kai kurie taip ir nugyvena visą amželį, laukdami, kada prasidės Tikrasis Gyvenimas.
”
”
Jurga Ivanauskaitė (Viršvalandžiai)
“
bukan aku tak mencitaimu
tapi inilah caraku menjaga hati dan kita
dari pada mendekapkan api jahanam ke atas dadaku,lebih baik aku dibakar bara api rindu dalam kesabaran menunggumu, meski dalam waktu sejauh perjalan usiaku
”
”
firman nofeki
“
Rindu itu sunyi, cuma kamu yang bisa meramaikannya. Rindu itu api, cuma kamu yang mampu memadamkannya. Rindu itu semena-mena, begitu terantuk di matamu, tak mau lari kemana-mana.
”
”
Moammar Emka
“
Perang, kekuasaan, kekayaan, seperti unggun api dalam kegelapan dan orang berterbangan untuk mati tumpas di dalamnya.
”
”
Pramoedya Ananta Toer (Arus Balik)
“
Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham energi cinta akan meledakkannya dengan sia-sia.
”
”
Dee Lestari (Rectoverso)
“
Roma tidaklah dibangun dalam waktu sehari. Begitu juga sebuah jalan kereta api. Atau hal-hal lain yang menyenangkan dalam hidup ini. - Charles Ingalls
”
”
Laura Ingalls Wilder (By the Shores of Silver Lake (Little House, #5))
“
Public opinion is a weak tyrant compared with our own private opinion. What a man thinks of himself, that it is which determines, or rather indicates, his fate.
Viešoji nuomonė - ne toks baisus tironas kaip savoji. Tai, ką žmogus galvoja apie save, kaip tik ir lemia arba greičiau rodo jo likimą.
”
”
Henry David Thoreau (Walden & Civil Disobedience)
“
Kau akan sedar dalam hidup
yang hanya sebentar, kita
diberi banyak penawar.
”
”
Siti Zaleha M. Hashim (Kapal Kertas dan Lautan Api)
“
...šiaip ar taip, aš jau spėjau štai ką pastebėti: siaubą galima pakelti, kol tu pasiduodi savo likimui, bet jis tave nužudo, jeigu tik imi apie jį galvoti.
”
”
Erich Maria Remarque (All Quiet on the Western Front)
“
Jump ahead ten years, and not much has changed. Ten years of therapy, and I’m still in about the same place. This probably isn’t something we should celebrate.
”
”
Chuck Palahniuk (Survivor)
“
GAGAL ITU BIASA. Yang penting itu adalah bagaimana kita menghadapi kegagalan itu. Nggak diterima, ditolak atau dianggap remeh sama orang itu biasa, jangan dibawa kesel. Perlu kita tau, orang yang menganggap remeh kita adalah guru kita, kenapa? Karena dia membuat kita kesel dan berapi-api untuk membuktikan kepada dia kali kita nggak seperti yang dia bayangkan.
”
”
Benazio Putra (Benabook)
“
Kodėl mes vis užmirštam širdį, lyg ji būtų mėsos gabalas? Mes kalbam apie traktorius, ir apie roką, ir apie sūrius, NATO, bet užmirštam širdį, kur viskas prasideda ir viskas pasibaigia...
”
”
Jonas Mekas (Laiškai iš Niekur)
“
ditembakkan dari pelir barracuda yang lolos
api, tubuhnya penuh runcing seperti penggaris
16 centi ke atas terus ke atas melewati loronglorong
rusak yang pengap akan tetesan air
amis. terbuka menganga, lurus terus maju
tanpa mundur memasuki sorga yang hilang di
Bermuda kecil warna-warni logo bungabungaan
yang diracuni bensin dan mungkin
sundutan rokok tengik. owalah...rambutrambut
keriting siapa ini disepahkan mulut
lebar ikan lonte di danau sebelah utara?
”
”
Bagus Dwi Hananto (Dinosaurus Malam Hari)
“
There is all the more reason for startups to write Web-based software now,
because writing desktop software has become a lot less fun.
If you want to write desktop software now you do it on Microsoft's terms,
calling their APIs and working around their buggy OS. And if you manage to write something
that takes off, you may find that you were merely doing market research for Microsoft.
”
”
Paul Graham
“
Dunque, pare che alle anime viventi possano toccare due sorti: c'è chi nasce ape, e chi nasce rosa...
Che fa lo sciame delle api, con la sua regina? Va, e ruba a tutte le rose un poco di miele, per portarselo nell'arnia, nelle sue stanzette. E la rosa? La rosa l'ha in se stessa, il proprio miele: miele di rose, il più adorato, il più prezioso! La cosa più dolce che innamora essa l'ha già in se stessa: non le serve cercarla altrove. Ma qualche volta sospirano di solitudine, le rose, questi esseri divini! Le rose ignoranti non capiscono i propri misteri.
La prima di tutte le rose è Dio.
Fra le due: la rosa e l'ape, secondo me, la più fortunata è l'ape. E l'Ape Regina, poi, ha una fortuna sovrana! Io, per esempio, sono nato Ape Regina. E tu, Wilhelm? Secondo me, tu, Wilhelm mio, sei nato col destino più dolce e col destino più amaro:
tu sei l'ape e sei la rosa.
”
”
Elsa Morante (L'isola di Arturo)
“
bukan aku tak mencitaimu
tapi inilah caraku menjaga hati dan kita
dari pada mendekapkan api jahanam keatas dadaku,lebih baik aku dibakar bara api rindu dalam kesabaran menunggumu, meski dalam waktu sejauh perjalan usiaku
”
”
firman nofeki
“
Aku tidak ingin menjadi lilin yang berbinar. Aku adalah kobar: api yang membakar!
”
”
Lenang Manggala
“
Perasaan mencintai adalah angin kepada api. Kadang-kadang menyalakan, kadang-kadang melenyapkan.
”
”
Lenang Manggala
“
Ramai orang menyala api untuk menerang jalan. Tapi tak kurang pula yang mati terpijak baranya.
”
”
Darma Mohammad (Merinci Ufuk)
“
Tuhan....
di hujan ampunan tak henti kuburu api gemuruhMu
kupaku telinga di pintu kasihMu
moga kudengar Kau mengetuk
bertamu ke bilik sepi sunyiku
”
”
firman nofeki
“
Gyvenimą pradedi auksinėmis svajonėmis apie bekraščius miškus, o pabaigoje džiaugiesi vienui vienu medžiu. Toks ir yra kiekvienos gyvos būtybės tikslas - iškirsti svajones.
”
”
Hallgrímur Helgason (Konan við 1000°)
“
Hati yang penuh dengan kebencian tidak akan pernah mengenal kata puas. Kebencian adalah bara api kejam yang menghabiskan energi orang yang menghidupinya.
”
”
C. Rajagopalachari (Kitab Epos Mahabharata)
“
Jadilah seperti lilin, yang tidak pernah menyesal saat nyala api membakarmu. Jadilah seperti air yang mengalir sabar. Jangan pernah takut memulai hal baru.
”
”
Tere Liye (Tentang Kamu)
“
I tell you, you Heaven's Holy Baal, you don't exist; but that, if you did, I would curse you so that your Heaven would quiver with the fire of hell! I tell you, I have offered you my service, and you repulsed me; and I turn my back on you for all eternity, because you did not know your time of visitation! I tell you that I am about to die, and yet I mock you! You Heaven God and Apis! with death staring me in the face - I tell you, I would rather be a bondsman in hell than a freedman in your mansions! I tell you, I am filled with a blissful contempt for your divine paltriness; and I choose the abyss of destruction for a perpetual resort, where the devils Judas and Pharaoh are cast down!
”
”
Knut Hamsun (Hunger (Dover Literature: Literary Fiction))
“
Penulis harus memiliki sopan santun. Dan sopan santun mereka harus dibentuk oleh sopan santun Islam. Hukum pers harus dirancang dengan sikap agamis dari nurani. Karena reformasi Islam telah menunjukkan bahwa yang mengatur hati nurani adalah semangat Islam, dengan cahaya di atas cahaya. Dan juga, kita telah memahami bahwa persatuan Islam mencakup semua tentara dan semua yang terlibat. (Said Nursi, Hal.354)
”
”
Habiburrahman El-Shirazy (Api Tauhid)
“
Ketika seseorang berkata bahwa aku hanya seorang gadis kecil yang tinggal di tepi rel kereta api, aku putuskan untuk tak akan pernah berhenti. Aku perbesar tekadku untuk membaca segala dan menulis cahaya!
”
”
Helvy Tiana Rosa
“
Di dalam hati ada kekacauan yang tidak dapat ditertibkan kecuali datang kepada Allah
Ada kotoran yang tidak dapat dihilangkan kecuali jinak kepada Allah
Ada kegelisahan yang tidak dapat tenang kecuali berkelompok karena Allah dan segera menuju kepada-Nya
Ada api kesedihan yang tak dapat dipadamkan kecuali ridho akan keputusan dan perintah Allah dan tetap bersabar sampai berjumpa dengan-Nya
Ada kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi kecuali harus mencintai dan kembali kepada-Nya, selalu mengingat-Nya dan benar-benar ikhlash.
Seandainya dunia dan seluruh isinya diberikan maka niscaya kebutuhan tersebut tidak akan terpenuhi
(Ibnul Qoyyim, Tarbiyah Jihadiyah 4)
”
”
ابن قيم الجوزية
“
aku adalah rumah api
berdiri dalam senyap di malam gelap,
yang sentiasa memandumu
mengajukmu membelah kabut puisiku.
(Zeroks)
”
”
T. Alias Taib (Petang Condong)
“
Aku seperti sepercik api yang berusaha tetap bercahaya walau tertiup angin.
”
”
Muhammad Wisnu
“
Dia putuskan,seorg gadis yg berkali-kali mematahkan hatinya krn bermain api dg pria lain hrs dilupakn
”
”
Dian Nafi (Lelaki Pertama (Mayasmara, #4))
“
Tidak ada yang indah dalam hal-hal mudah.
”
”
M. Aan Mansyur (Melihat Api Bekerja: Kumpulan Puisi)
“
<...> tikėjimą turėti - pavydėtina dalia, net jei niekas apie tai nežinotų. (7-8)
”
”
Søren Kierkegaard (Fear and Trembling and The Sickness Unto Death)
“
Kai gyvenimas šūdinas – lieka tik šokoladas!
”
”
Arūnas Matačius (Naivus romanas apie meilę, vyrą ir šokoladą)
“
Cinta membuatnya tak perlu menggunakan akal dan pikiran, tapi ia mendapat petunjuk dengan hati, dan karena cintalah yang membuat hatinya tak bisa padam, seperti obor abadi dari api abadi.
”
”
Dian Nafi (Mayasmara (Mayasmara, #1))
“
A growth hacker is someone who has thrown out the playbook of traditional marketing and replaced it with only what is testable, trackable, and scalable. Their tools are e-mails, pay-per-click ads, blogs, and platform APIs instead of commercials, publicity, and money.
”
”
Ryan Holiday (Growth Hacker Marketing: A Primer on the Future of PR, Marketing, and Advertising)
“
Ini politik, Buyung. Naskah dapat ditulis, tapi segala sesuatu bisa berubah di lapangan. Detik-detik terakhirlah yang paling menentukan. Kita mesti cepat bergerak kalau masih ingin naik kereta api itu.
”
”
Hendri Teja (Tan: Sebuah Novel)
“
Kovėsi jis geriau negu kada nors gyvenime, regis, buvo pasiryžęs sutelkti visą didžiulę jį lydinčią šlovę į šią vienintelę dieną. Užuot pasidavęs įprastiniam siautuliui žudyti, stengėsi, kad sektųsi mirmidonams. Kovėsi nebe kirviu, o kalaviju ir visiškai tylomis, kaip karalius, kasmet atliekantis didįjį atnašavimą dievui. Ta mintis patraukė paskui save kitą, ir aš iš karto supratau, kokia permaina jame įvykusi. Visada jis būdavo tik karalaitis, niekada nebuvo karalius. O tą dieną jis buvo karalius.
”
”
Colleen McCullough
“
Tanah semakin penat dengan perangai manusia yang tidak mengenal erti pijak dan memijak.
Angin menangis memasuki rongga hidung manusia.
Air semakin kering kerana tiadanya kehijauan.
Api sentiasa akur dengan kemanusiaan.
”
”
Pekin Ibrahim,Rahsia Jiwa,Rahsia Alam (Memoir Bukan Memoir)
“
Iš pradžių gėrėm alų, paskui irgi alų, dar vėliau — alų. Apie trečią valandą supratau, kad laikas užbraukti juodą praeitį ir pradėti naują gyvenimą, nes pajutau, kad nebesuprantu, ar aš Juozas, ar aš Erlickas, ar aš jau tiesiog pati gamta.
”
”
Juozas Erlickas (Raštai ir kt.)
“
Keyakinan kecil yang baru aja lo sebut itu seperti nyala sebuah lilin dalam gelap, Tar.... Mungkin memang nggak bisa melihat semua, tapi setidaknya lilin itu yang akan menuntun lo mencari jalan keluar.... Pegang aja nyala keyakinan yang ada itu dalam hati dan pikiran lo. Semoga itu yang akan membuat banyak hal leleh dengan api keyakinan yang lo punya.
”
”
Adenita (23 Episentrum)
“
To a programmer, an operating system is defined by its API.
”
”
Charles Petzold (Programming Windows)
“
Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham akan energi cinta akan meledakkannya dengan sia-sia.
”
”
Dee Lestari
“
kau air,
dan akulah basahnya
kau api,
dan akulah suhunya
kau aku,
dan cintalah puncaknya
”
”
Alfin Rizal (Mengunjungi Hujan yang Berteduh di Matamu)
“
Dunia ini tentulah sudah bobrok," katanya waktu itu, "ketika orang-orang berpergian dengan kereta api kelas satu sementara kesusastraan seperti barang.
”
”
Gabriel García Márquez (One Hundred Years of Solitude)
“
Aku amat mencintai falsafah solat Hatim. Bahawa dia berdiri dengan kewaspadaan dengan membayangkan Allah di hadapannya. Betapa syurga yang nyaman di kanan dan lidah gergasi api menyala di kiri. Begitu juga malaikat memerhati dari arah belakang. Ketika itulah dia sebenarnya meletakkan nasib imannya di atas siratul mustaqim kerana mungkin ini adalah solat terakhirnya.
”
”
Mawar Safei (Kumpulan Cerpen Narasi Gua dan Raqim)
“
yoginām api sarveṣāṁ mad-gatenāntar-ātmanā śraddhāvān bhajate yo māṁ sa me yukta-tamo mataḥ “Of all yogīs, the one with great faith who always abides in Me, thinks of Me within himself, and renders transcendental loving service to Me is the most intimately united with Me in yoga and is the highest of all.
”
”
Anonymous (Bhagavad-gita As It Is)
“
Ateina Kalėdos, ir aš pradedu galvoti apie sniegą. Rimti, praktiški žmonės pasakys: tai sentimentalu. Bet tas nieko nepadės. Aš vis galvoju apie sniegą. Kalėdos ir sniegas man beveik tas pats. Labai labai nekrikščioniška, kai kas pasakys. Bet tai netiesa. Aš žinau, Dievas myli sniegą lygiai kaip aš... nes jis jį padarė...
”
”
Jonas Mekas (Laiškai iš Niekur)
“
kehidupan memang kadangkala kita rasa menyusahkan kita, membuat hati kita gundah. kadangkala kita rasa kita hilang harapan di dalam kehidupan. namun, bila kita renung semula kehidupan ini adalah tempat terbaik untuk kita belajar mengenai diri kita, memperbaikinya untuk kita menjalani kehidupan yang lebih kekal
: muka surat 506-507
”
”
Norhayati Berahim (Menunggu Kereta Api)
“
Kereta datang. Melompat malas. Mencari kursi dalam gerbong yang nyaris kosong. Senja mulai tua, mendung menambah tua cuaca. Gerimis turun di luar. Dari jendela muram itu bayang-bayang berkelebat. Kota-kota mulai bersolek dengan lampu. Hujan menderas di luar. Kereta semakin cepat. Naik kereta api untuk bisa menangis sendirian. Tangisan sepi.
”
”
Puthut EA
“
Pernahkah kau merasa sunyi, ya sunyi seperti yang aku rasakan, padahal kamu mempunyai anak-anak, suami, pekerjaan, penghasilan, rumah, keluarga, teman-teman, rencana, dan kedudukan yang terhormat? Sunyi semacam itu, yang kukira dimiliki oleh siapa saja, datang padaku sepuluh tahun terakhir ini. Tatkala aku berbaring dalam kamar sendiri, dalam terang lampu yang samar, dingin kasur dan masa depan yang suram. Sunyi ini, ingin kubagikan pada saat ini, tapi kau entah di mana
”
”
Putu Wijaya (Stasiun)
“
Selagi peradaban berkembang, begitu pula nafsu. Api akan membesar terus dan menyebabkan berbagai malapetaka. Pada akhirnya seluruh dunia akan binasa.
Jika manusia ingin selamat, api harus dipadamkan. Itu berarti meredam nafsu dan hidup wajar.
”
”
Osamu Tezuka (Buddha, Vol. 6: Ananda)
“
Yra didelė, bet visiškai kasdieniška paslaptis. Visi žmonės su ja susiję, kiekvienas ją žino, bet tik nedaugelis apie ją pagalvoja. Dauguma paprasčiausiai su ja taikstosi ir nė kiek nesistebi. Toji paslaptis - tai laikas. Jam matuoti yra kalendoriai ir laikrodžiai, bet tas nedaug ką sako, nes kiekvienas žino, kad kartais viena valanda atrodo kaip amžinybė, o kitais kartais ji prabėga kaip akimirka - nelygu, ką žmogus tą valandą patiria. Laikas yra gyvenimas, o gyvenimo būstas - žmogaus širdis.
”
”
Michael Ende (Momo)
“
Jis buvo kreivas veidrodis. Jo išklausęs iškart pagalvojau, kad nė vienas žmogus negalės man būti tikras veidrodis - kiekvienas bus savaip iškreiptas. Iš kitų apie save nieko nesužinosi Jie pateiks tau skirtingus tavo atvaizdus, bet nė vienas nebus tikrasis.
”
”
Ričardas Gavelis (Jauno žmogaus memuarai: Keturiolikos laiškų romanas)
“
Ada sekuntum mawar di dadanya dan dusta di mulutnya. Sesungguhnya, Ia tak menggonggong serupa anjing yang tolol. Ia hanya tak mengindahkan hal lain, selain rasa laparku. Digigitnya tulang dari kedalamanku yang perih. Mata yang tak peduli dan hasrat untuk membunuh.
Gelegak darah ini sama kejinya dengan celoteh amarah. Api yang ia simpan di balik pisau yang beringas itu. Pada dadanya yang terbelah, dan jantungnya yang memerah. Yang ia tunjukkan berulang ulang kali tanpa setitik pun rasa malu atau mungkin penyesalan.
Lagunya tak semerah gincu yang ia kenakan malam itu. Dan apakah itu, secarik kain sewarna darah yang tak mampu menutupi semua kejalangannya dari dunia? Dari dulu sekali, ia sudah bukan milikku lagi. Ia sudah jadi milik semua orang.
Seperti semua kata kata cinta yang diobralnya dengan murah. Seperti haram jadah yang pernah terlahir dari mimpi di siang bolong. Mimpi tempat kami menghabiskan waktu. Waktu dan seluruh kesia siaan. Waktu yang tak bernilai, selain onggokan sampah, sumpah serapah dan omong kosong. Waktu yang membusuk dalam pikiran semua orang. Mereka yang tak lebih anjing dari diriku sendiri. Mereka yang menanti jam jam pertunjukan dengan air liur menetes.
Mereka, yang sejak dari hari pertama telah menjeratkan benang laba laba itu ke dalam pikiranmu, Baby. Benang yang tak lebih tipis dari semua harga diri dan kehormatan. Sesuatu yang mungkin, tak pernah engkau miliki. Dan bodohnya lagi - seperti yang sudah sudah - aku masih saja duduk di sana merasa lebih, memiliki dirimu... lebih dari siapa pun, Kay.
”
”
Titon Rahmawan
“
Aku bukan kerikil yang akan melukai pijakan kakimu.. aku bukan angin yang menghembusmu sesaat lalu hilang tak berbekas.. aku hanya cahaya kecil, bukan bara api yang sering kau lupakan saat begitu banyak bintang dilangitmu.. tapi disaat gelapmu aku yang kau butuh
”
”
LoveinParisSeason2
“
Ir Uršulę Norvaišaitę jam stebėtinai gerai sekėsi mesti iš galvos – kai susikaupdavo ir susitelkdavo į kokį reikalą, jau visiškai apie ją nebegalvodavo, ypač jei dar būdavo šalia kitų žmonių; ir tai jau buvo sėkmė, nes dabar apie ją jau galvodavo kur kas mažiau nei pirmosiomis dienomis. Dabar apie ją galvodavo tik tada, kai nuo nuodėmingai pats save liesdavo; dar galvodavo kiekvieną rytą prausdamasis prieš veidrodį; ir tik tada, kai valgydavo ar gerdavo ką saldaus’ ar pamatęs tamsų medų, kurio spalva priminė jos plaukus; tik kai einant gatve suskambėdavo kokios bažnyčios varpai ar pamatydavo žingsniuojančią vineuolę; tik tada kai pamatydavo ką nors ryškiai raudono arba kai pamatydavo ką nors vos vos besišypsant pačiais lūpų kampučiais, arba – išvydęs ką nors vilkint ilgais baltais marškiniais, apsitaisius šviesiai pilkai arba turint visiškai rudas akis, arba šiaip, kai nebesusikaupdavo skaitydamas, kai atsipalaiduodavo, užsimiršdavo, nebūdavo niekuo užsiėmęs, ir atleisdavo minčių vadžias; n air dar gulėdamas lovoje prieš miegą; tą sunkią valandą, kai pavargęs protas nenori paleisti iš gniaužtų praėjusios dienos; ir dar kartais, jei kankindavo nemiga arba ką ryškiai sapnuodavo ir pabudęs atsimindavo ją sapnavęs; bet visą kitą laiką Jonas Kirdėjus apie Uršulę beveik jau visiškai nebegalvojo ir laikė tai tikrai geru pasiekimu.
”
”
Kristina Sabaliauskaitė (Silva Rerum)
“
Kai žmogus ieško, tada lengvai atsitinka, kad jo akys mato tik tą dalyką, kurio ieško, ir jis nieko kito neįstengia pastebėti ar suvokti, nes visą laiką galvoja tik apie ieškomą daiktą - jis turi tikslą, apsėstas savo tikslo. Ieškoti- tai turėti tikslą. Bet rasti - vadinasi, būti laisvam, atviram pojūčiams, neturėti jokio tikslo.
”
”
Hermann Hesse (Siddhartha)
“
Aku pernah berbicara tentang sedih, pernah juga merasa bersedih..
Yang seumpama hati yang hancur seperti kaca,
panas seperti api,
meleleh seperti lilin,
dan mengembun seperti air.
Sedih tidak berbicara satu rasa
sedih bercerita tentang rasa
menyiksa batin
melemahkan jiwa
dan mengalirkan sungai
Malang..
Ternyata sedihku berantakan
”
”
Manhalawa
“
Mėgstu vaikščioti po kapines. Niekur kitur tokia gili ramybė nevaldo mano sielos, kaip čia, toje ašarų vietoje. Taip įvaizdžiai stovi čia prieš akis nepastovumas visų žemės daiktų, tas amžinasis faktas, kad viskas tik irios formos ir nykstantieji šešėliai. Kaipgi kvaila ir juokinga iš visų jėgų kibtis į irias formas ir nykstančius šešėlius! Kaip kvaila ir juokinga dėti savo širdį į tai, kas turi savyje mirties grūdą, gaudyti nykstančius šešėlius!
Sukultos viltys, sugriauti sumanymai, neištarti žodžiai, neišgertos taurės, neišdainuotos dainos... Puvėsiai, dulkės, pelenai... Ir kiekviena ta dulkių sauja po kiekvienu kauburėliu - visas pasaulis pats savyje, vienintelis, kokio nebuvo ir nebus. O viršum jų žydi ir kvepia gėlės, paukšteliai čirena ir siaučia, senos pušys, lyg rūpestingos auklės, sergėdamos tuos, kurie miega jų ūksmėje, ošia jiems lopšio dainą. Gėlės, paukščiai, pušys, kurie šiandien yra, o rytoj nebebus. Ir aš, čia vaikščiojanti ir apie visa tai mąstanti, taip pat rytoj nebebūsiu.
”
”
Šatrijos Ragana (Sename dvare)
“
Jika akan memilih buku apa saja, mari bertanya; Apakah di dalamnya terkandung penalaran abstrak mengenai kuantitas atau angka..? 'Tidak'. Apakah di situ terkandung penalaran eksperimental tentang kenyataan dan keberadaan..? 'Tidak'. Maka buanglah buku itu ke nyala api, sebab ia tak berisi apapun kecuali cara berpikir yang menyesatkan dan ilusi.
”
”
David Hume
“
Jangan beri aku apapun
Meski itu perhatianmu
Meski itu kasih sayangmu
Meski itu air matamu
Jangan beri aku kesedihanmu
Jangan beri aku amarahmu
Jangan beri aku dahagamu
Jangan kau beri aku apapun
Sebab masih kuorak langit demi menemukan seluruh jejak petilasanmu Bunda."
Tapi Nak, bagaimana engkau bisa berucap serupa itu?
Bukankah sudah aku beri engkau bunga? Sudah aku beri engkau matahari. Sudah aku beri engkau rumput dan dedaunan. Sudah aku beri engkau laut dan pasir pantai. Mengapa masih?
Tak cukupkah kau cucup air susu dari sepiku? Kau kecap nyeri dari lukaku, sebagaimana dulu kau terakan kebahagiaan di bawah perutku serupa goresan pisau yang menyambut kehadiranmu. Betapa semuanya masih. Aku berikan lagi engkau api, aku berikan lagi engkau pagi, aku berikan lagi engkau nyanyi tualang dari hatiku yang engkau tahu menyimpan sejuta kekhawatiran. Bagaimana engkau masih berucap serupa itu?
Aku masih berikan engkau suar hingga separuh umurku. Aku berikan engkau tawa dari separuh mautku. Aku berikan engkau kekal ingatan dan sekaligus mimpi abadi. Aku beri semuanya, walau itu cuma sekotak bekal sederhana yang semoga engkau terima untuk mengganjal rasa laparmu.
Betapa aku selalu ingin ada untukmu, Nak. Sebab cuma satu permintaanku tak lebih. Ijinkan aku jadi teman seperjalananmu, sahabat di waktu gundahmu, pembawa kegembiraan di kala senggangmu. Sebagaimana dulu kutimang dirimu dan kunina bobokkan engkau di pangkuanku. Ijinkan aku jadi roti yang mengenyangkan laparmu, pelipur hati di kala sesakmu, panasea ketika kau sakit.
Bukankah aku ada ketika kau belajar berdiri dan aku di sana saat kau jatuh? Aku setia menungguimu saat kau berlari mengejar bulan dan matahari. Dan sekalipun waktu merambatiku dengan galur usia, hingga mungkin aku tak lagi mampu berdiri tegap seperti dulu. Aku tak akan pernah menyerah padamu Nak. Tidak, Bunda tak akan pernah menyerah. Sebab bagiku, cukuplah dirimu sebatas dirimu saja.
Akan tetapi, sanggupkah kau cukupkan dirimu dengan semua kebanggaan? Cukupkan dirimu dengan apa yang engkau punya. Cukupkan dirimu dengan semua doa doa yang tak henti kutitikkan dari sudut hatiku yang semoga jadi asa yang paling surga. Surgamu Nak. Walau kutahu itu akan mengusik nyenyak tidurmu. Walau itu akan menambah resah waktu kerjamu.
Sebab kutahu seberapa keras engkau berjuang. Pada setiap tetes keringat yang engkau cucurkan mana kala engkau harus berlari mengejar bus yang datang menjemput. Manakala pikiranmu tak bisa lepas dari layar lap topmu yang tak henti berkedip. Manakala pagi datang dan sibuk pekerjaan hadir serupa hujan tak kunjung usai mendera. Cukupkan dirimu dengan cinta Bunda Nak. Sekalipun nanti, tak ada lagi ucapan nyinyir bergulir dari bibir Bunda yang mulai keriput ini. Yakinlah, pintu rumah hati Bunda akan selalu terbuka buatmu, kapan pun engkau ingin pulang.
”
”
Titon Rahmawan
“
Kesedihan seperti telaga yang hening di dinding ibu. Dinding yang terisak dan mengukir lagi masa kecilku. Seberapa sepinya aku saat itu? Sungguh. Aku tak mengerti, mengapa kubuat dinding itu menangis? Ia sudah seperti rumah bagiku. Tempat aku tidur dan terlelap di malam hari. Tempat aku bermain dengan kesendirianku. Lalu, mengapa aku buat ia menangis?
Ada hal hal yang ingin kulupa dari waktu kecilku sendiri. Detik detik yang tidak berarti. Kemarahan yang perlahan hangus dan lalu mengabu dalam hatiku. Walau kini, ia sudah bukan lagi api. Ia sudah menjadi dingin. Tapi, mengapa luka itu masih saja ada di sana?
Bukankah aku laki laki yang dibesarkan oleh dinding ibuku? Lalu, mengapa aku berpaling daripadanya? Mengapa aku kenakan topeng itu, hanya untuk melihat ia tersenyum? Aku sudah menjadi lelaki yang lain. Lelaki yang bukan kanak kanak yang ia besarkan dulu. Ada banyak topeng yang kini aku kenakan. Salah satunya adalah kesendirian, yang lain adalah amarah.
Aku tahu, aku telah membuatnya bersedih. Dinding itu telah lama menjelma jadi sebatang pohon dengan kulit yang renta, mengelupas di banyak tempat. Rantingnya mulai merapuh dan daun daunnya yang gugur, berserakan di mana mana. Ia bukan lagi pohon yang dulu biasa aku panjat. Bukan, ia tidak sedang menjadi pohon yang lain. Melainkan diriku. Akulah yang kini berubah. Seperti langit biru yang mendadak kelam. Seperti mendung yang menaungi hati yang tak hentinya menangis.
Apakah untuk menjadi seorang lelaki, aku harus mengorbankan perasaan perasaanku sendiri? Apakah untuk menjadi seorang lelaki aku harus meninggalkan masa kecilku hanya untuk mendengarkan suara suara orang lain; hardikan, umpatan, cemoohan dan teguran teguran yang seringkali menyakitkan hati.
Aku sudah lama sekali tenggelam, mungkin sejak terakhir kali aku terlelap di bawah pohon ibu. Pohon di mana dulu jadi tempatku bernaung. Pohon itu masih ada di sana, sunyi dan sendiri. Berasa jauh tapi pun dekat. Aku terkadang ingin menyentuhnya, seperti aku menyentuh dinding ibu untuk pertama kali. Tapi aku tahu, aku sudah bukan yang dulu lagi. Dan ibu seperti rumah yang merindukan kehadiranku. Ia ingin aku pulang padanya. Tapi entahlah, apakah besok masih cukup ada waktu untukku untuk menjadi diriku sendiri?
”
”
Titon Rahmawan
“
Aku bukan kerikil yang akan melukai pijakan kakimu...
aku bukan angin yang menghebusmu sesaat lalu hilang tak berbekas...
aku bukan hujan yang membuatmu kedinginan bertahan di bawah siramanku...
aku bukan matahari yang siap membakar hatimu...
aku bukan Pelangi yang sempurna mewarnai Hidupmu...
Aku hanya cahaya kecil bukan bara api yang sering kau lupakan saat begitu banyak bintang di atas langitmu... tapi di saat gelapmu... Aku yang kau butuh
”
”
LoveinParisSeason2
“
Reasons Why I Loved Being With Jen
I love what a good friend you are. You’re really engaged with the lives of the people you love. You organize lovely experiences for them. You make an effort with them, you’re patient with them, even when they’re sidetracked by their children and can’t prioritize you in the way you prioritize them.
You’ve got a generous heart and it extends to people you’ve never even met, whereas I think that everyone is out to get me. I used to say you were naive, but really I was jealous that you always thought the best of people.
You are a bit too anxious about being seen to be a good person and you definitely go a bit overboard with your left-wing politics to prove a point to everyone. But I know you really do care. I know you’d sign petitions and help people in need and volunteer at the homeless shelter at Christmas even if no one knew about it. And that’s more than can be said for a lot of us.
I love how quickly you read books and how absorbed you get in a good story. I love watching you lie on the sofa reading one from cover-to-cover. It’s like I’m in the room with you but you’re in a whole other galaxy.
I love that you’re always trying to improve yourself. Whether it’s running marathons or setting yourself challenges on an app to learn French or the fact you go to therapy every week. You work hard to become a better version of yourself. I think I probably didn’t make my admiration for this known and instead it came off as irritation, which I don’t really feel at all.
I love how dedicated you are to your family, even when they’re annoying you. Your loyalty to them wound me up sometimes, but it’s only because I wish I came from a big family.
I love that you always know what to say in conversation. You ask the right questions and you know exactly when to talk and when to listen. Everyone loves talking to you because you make everyone feel important.
I love your style. I know you think I probably never noticed what you were wearing or how you did your hair, but I loved seeing how you get ready, sitting in front of the full-length mirror in our bedroom while you did your make-up, even though there was a mirror on the dressing table.
I love that you’re mad enough to swim in the English sea in November and that you’d pick up spiders in the bath with your bare hands. You’re brave in a way that I’m not.
I love how free you are. You’re a very free person, and I never gave you the satisfaction of saying it, which I should have done. No one knows it about you because of your boring, high-pressure job and your stuffy upbringing, but I know what an adventurer you are underneath all that.
I love that you got drunk at Jackson’s christening and you always wanted to have one more drink at the pub and you never complained about getting up early to go to work with a hangover. Other than Avi, you are the person I’ve had the most fun with in my life.
And even though I gave you a hard time for always trying to for always trying to impress your dad, I actually found it very adorable because it made me see the child in you and the teenager in you, and if I could time-travel to anywhere in history, I swear, Jen, the only place I’d want to go is to the house where you grew up and hug you and tell you how beautiful and clever and funny you are. That you are spectacular even without all your sports trophies and music certificates and incredible grades and Oxford acceptance.
I’m sorry that I loved you so much more than I liked myself, that must have been a lot to carry. I’m sorry I didn’t take care of you the way you took care of me. And I’m sorry I didn’t take care of myself, either. I need to work on it. I’m pleased that our break-up taught me that. I’m sorry I went so mental.
I love you. I always will. I'm glad we met.
”
”
Dolly Alderton (Good Material)
“
Masalahnya adalah, kita seringkali membiarkan api itu padam bahkan sebelum kita benar benar memulai. Api yang terpercik dari mimpi di tengah hari seketika mati oleh terjangan angin. Kemauan yang tak kukuh, yang ragu ragu, yang tak berwujud, tak berupa, tak tentu arah. Ia akan menjadi, atau tidak sama sekali. Sebab sukses, keberhasilan, kemenangan, pencapaian, prestasi, penghargaan, itu ada dalam hati dan pikiran yang teguh. Tidak ada dalam kata tunda atau tunggu. Ia mesti bergerak, terus maju, tetap berjalan. Ia tak boleh membiarkan badai menyurut langkahnya. Membiarkan petarung dalam dirinya mati oleh rasa frustasi. Tewas dalam kekecewaan, penolakan, kekalahan sementara, kemunduran sejenak. Binasa oleh segala halangan dan penundaan yang ia tahu bisa meruntuhkan dan menghancurkan daya juangnya. Oleh karena itu, ia tidak boleh berhenti, ia hanya butuh sedikit dorongan semangat untuk terus melangkah agar semakin dekat pada apa yang ia tuju.
”
”
Titon Rahmawan
“
Jei kiekvienas mūsų suvoktų, kokia didelė jo vertė, pasikeistų visas pasaulis. Tačiau gyvename
visuomenėje, kurioje nepriimtina žmonėms sakyti, ką gero apie juos galvojame. Labai varžomės ir
nedrįstame tos atskleisti: kiekvienas teigiamą nuomonę tyliai pasilaiko sau - tarsi sėklas, kurios
sudžiūva pamirštos kišenėje, nors buvo galima jas pasėti ir patikėti vėjui, žemei ir lietui.
Galbūt kaip tik dėl to žmonės neįpratę girdėti šiltų žodžių, ir sunku kam nors pasakyti nuoširdų
komplimentą: būsite neteisingai suprastas arba apkaltintas neteisingais ketinimais. O jeigu jums
netikėtai pasiseks ir žmogus jūsų nuoširdumu nesuabejos, tuomet jis visomis išgalėmis stengsis
sumenkinti giriamą savybę: po jo kuklumu slypi drovėjimasis priimti tokią neįprastą dovaną.
”
”
Laurent Gounelle (Le jour où j'ai appris à vivre)
“
priests. The Lords of Scorpio, being the great initiators, accepted none into the Mysteries save when the sun was in a certain degree of Taurus, symbolized by Apis, the Bull. When the Bull carried the sun between his horns, the neophytes were admitted. In geocentric astrology, this takes place when the sun is supposedly in the last decan of the Constellation of Scorpio. This is true not only in the ancient Egyptian rituals, but it is still true in the Mystery Schools. Candidates for the occult path of fire are to this day admitted only when the sun is geocentrically in Scorpio and heliocentrically in Taurus. The star group constituting the Constellation of the Scorpion closely resembles a spread eagle and is one of the reasons why that bird is sacred to Freemasonry, which is a fire cult.
”
”
Manly P. Hall (Melchizedek and the Mystery of Fire)
“
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un,
Telah meninggal dunia ibu, oma, nenek kami tercinta....
Requiescat in pace et in amore,
Telah dipanggil ke rumah Bapa di surga, anak, cucu kami terkasih....
Dalam sehari, Bunda menerima dua kabar (duka cita / suka cita) sekaligus. Apakah kesedihan serupa cucuran air hujan yang jatuh dan mengusik keheningan kolam? Apakah kebahagiaan seperti sebuah syair yang mesti dipertanyakan mengapa ia digubah? Bagaimana kita mesti menjawab pertanyaan tentang kematian orang orang terdekat? Mengapa mereka pergi? Kemana mereka akan pergi?
Memento mori, serupa nyala api dan ngengat yang terbakar. Seperti juga lilin yang padam, bunga yang layu, ranting yang kering, pohon yang meranggas. Mereka hanyalah sebuah pertanda, bahwa semua yang hidup pasti akan mati. Agar kita senantiasa teringat pada tempus fugit, bahwa waktu yang berlalu tak akan pernah kembali. Ketika Bunda masih muda, sesungguhnya Bunda sudah tidak lagi muda, tak akan pernah bertambah muda, tak akan kembali muda. Waktu telah merenggut kemudaan kita pelan pelan. Ketuaan adalah sebuah keniscayaan, dan kematian adalah sebuah kepastian.
Tak ada sesuatu pun yang abadi, Anakku. Ingatan tentang mati semestinya memberi kita pelajaran berharga. Jangan pernah menyia nyiakan waktu. Jangan hilang niat untuk bangkit dari ranjang. Jangan terlalu malas untuk bekerja. Jangan terlalu letih untuk menuntaskan hari. Jangan pernah lupa untuk berdoa. Jangan lalai untuk bersyukur. Jadikan hari ini sebagai milikmu. Ketika semua perkara seakan menggiring langkahmu pada kesulitan, kegagalan, ketidakpastian dan rasa sakit. Pikirkanlah siapa yang akan jadi malaikat pelindung dan penolongmu? Bagaimana engkau akan menemukan eudaimonia? Bagaimana engkau hendak memaknai hidup?
Dalam sekejap mata hidup bisa berubah. Waktu berlalu dan ia tak akan pernah kembali. Gunakan kesempatan untuk bercermin pada permukaan air yang jernih. Tatap langsung kedalaman telaga yang balik menatap kepada dirimu. Abaikan rasa sakit dan penderitaan, sebab puncak gunung sudah membayang di depan mata dan terbit matahari akan menghangatkan kalbumu. Cuma dirimu yang punya kendali atas pikiran, hasrat dan nafsu, perasaan dan kesadaran inderawi, persepsi, naluri dan semua tindakanmu sendiri.
Ketika kita mengingat kematian, kita tidak akan lagi merasa gentar. Sebab ia lembut, ia tak lagi menakutkan. Ia justru menuntaskan segala rasa sakit dan penderitaan. Ia pengejawantahan waktu yang berharga, kecantikan yang abadi, indahnya rasa syukur, dan kemuliaan di balik setiap ucapan terima kasih. Ia mengajarkan kita bagaimana menghargai kehidupan yang sesungguhnya. Ia membimbing kita menemukan pintu takdir kita sendiri.
Apapun perubahan yang menghampiri dirimu. Ia adalah pintu rahasia yang menjanjikan kejutan yang tak akan pernah kamu sangka sangka. Yang terbaik adalah menerimanya sebagai berkat. Apa yang ada dalam dirimu adalah kekuatanmu. Engkau akan membuatnya berarti. Bagi mereka yang paham, takdir dan kematian adalah sebuah karunia, seperti juga kehidupan. Sesungguhnyalah kita ini milik Allah dan kepada-Nyalah kita akan kembali.
”
”
Titon Rahmawan
“
Mungkin inilah yang tidak terpikirkan olehku. Bukan oleh keinginan untuk disanjung, dipuja, atau didambakan (oleh seorang pria). Apalagi oleh mereka yang tidak memiliki ikatan apapun denganku. Dari sekedar hasrat untuk memiliki dan dimiliki. Untuk menaklukkan dan ditaklukkan. Hasrat kegilaan inspiratif yang tidak mampu membendung libido atau nafsu apapun dalam diriku. Api yang menyala nyala yang membakar tubuh dan jiwaku. Yang dengan rakus melahap hari hariku yang senantiasa lapar oleh kerinduan tak terobati. Oleh percakapan yang tak kunjung usai. Oleh gambaran gambaran telanjang yang seringkali memualkan. Namun tak bisa membuatku berhenti untuk memikirkannya. Keganasan hutan belantara di antara kata ya dan tidak. Di antara geliat tubuh dan pertempuran pikiran. Di balik setiap tetesan peluh dan juga repetisi, yang tak tahu kapan mesti berhenti.
”
”
Titon Rahmawan
“
Perselisihan yang dipicu oleh masalah agama kini mengancam kehidupan kita. Sejarah peradaban dan kemanusiaan hancur ketika kobaran kebencian merasuki perasaan masing-masing pemeluk agama. Padahal, ada persoalan mendasar yang terus-menerus disemai dan dipelihara: agama selalu saja diperalat oleh kekuasaan politik dan kekuatan ekonomi sebagai dasar teologis pembenaran bagi kepentingan mereka sendiri. Maka, tampillah gerakan Teologi Pembebasan menantang ketertaklukan lembaga-lembaga agama oleh hegemoni kekuasaan politik dan kekuatan ekonomi yang serakah itu. Gerakan keagamaan radikal dan revolusioner ini, terutama di Amerika Latin, membuktikan bahwa agama bisa dan seharusnya menjadi “bara api” melawan kezaliman, ketidakadilan, dan ketidakmanusiawian.
”
”
Roem Topatimasang (Teologi Pembebasan)
“
terhempas, takluk, digerus dingin angin, suara
truk, debu menyelip di mataku betapa dancuk
hidup ini! betapa dancuk lonte yang setengah
mati kukasihi dan menusukku dari belakang!
betapa dancuk Tuhan! bergetar, mabuk
bayang-bayang, tuak kegelapan, mabuk
keramaian yang kubenci, mengambang,
tersesat, terhisap angin, luka menganga, nanah
tembaga meleleh dari lutut Apolo emas yang
dipenggal sebelum perang meledak; sulap
kata-kata Homer dengan mata piceknya.
terkutuklah bayangan, pohon-pohon meronta
karena tak ada satu pun cuaca baik
menawarkan minuman dari langit. aku biarkan
itu semua menyalipku, dalam metafora, mata
binatang, bibir lebar mirip kemaluan wanita
sombong yang merasa imannya takkan
tumbang meski dijejali kata-kata jorok nan
mesum. bergerak, tenggelam, sinar patah di
lingkar air dalam gelas mineral yang kokoh
dan kau bilang air abadi dan kau bilang api
bisa mati sendiri terkutuklah engkau yang
menelan masa laluku dan menghibahkan
kehancuran ini lobang nganga di dadaku. oh,
kau yang memuntahkan abu tulangku, yang
akan tetap kuingat meski Tuhan atau apapun
itu menyeretku ke neraka omong kosong di
alam kubur dan bertanya bagaimana imanku
sebenarnya. oh, terkutuklah engkau!
”
”
Bagus Dwi Hananto (Dinosaurus Malam Hari)
“
Questo ucciderà quello. Il libro ucciderà l’edificio.
L’invenzione della stampa è il più grande avvenimento della storia. E’ la rivoluzione madre. E’ il completo rinnovarsi del modo di espressione dell’umanità, è il pensiero umano che si spoglia di una forma e ne assume un’altra, è il completo e definitivo mutamento di pelle di quel serpente simbolico che, da Adamo in poi, rappresenta l’intelligenza.
Sotto forma di stampa, il pensiero è più che mai imperituro. E’ volatile, inafferrabile, indistruttibile. Si fonde con l’aria. Al tempo dell’architettura, diveniva montagna e si impadroniva con forza di un secolo e di un luogo. Ora diviene stormo di uccelli, si sparpaglia ai quattro venti e occupa contemporaneamente tutti i punti dell’aria e dello spazio..
Da solido che era, diventa vivo. Passa dalla durata all’ immortalità. Si può distruggere una mole, ma come estirpare l’ubiquità? Venga pure un diluvio, e anche quando la montagna sarà sparita sotto i flutti da molto tempo, gli uccelli voleranno ancora; e basterà che solo un’arca galleggi alla superficie del cataclisma, ed essi vi poseranno, sopravvivranno con quella, con quella assisteranno al decrescere delle acque, e il nuovo mondo che emergerà da questo caos svegliandosi vedrà planare su di sé, alato e vivente, il pensiero del mondo sommerso.
Bisogna ammirare e sfogliare incessantemente il libro scritto dall'architettura, ma non bisogna negare la grandezza dell'edificio che la stampa erige a sua volta.
Questo edificio è colossale. E’ il formicaio delle intelligenze. E’ l’alveare in cui tutte le immaginazioni, queste api dorate, arrivano con il loro miele. L’edificio ha mille piani. Sulle sue rampe si vedono sbucare qua e là delle caverne tenebrose della scienza intrecciantisi nelle sue viscere. Per tutta la sua superficie l’arte fa lussureggiare davanti allo sguardo arabeschi, rosoni, merletti. La stampa, questa macchina gigante che pompa senza tregua tutta la linfa intellettuale della società, vomita incessantemente nuovi materiali per l’opera sua. Tutto il genere umano è sull’ impalcatura. Ogni spirito è muratore. Il più umile tura il suo buco o posa la sua pietra. Certo, è anche questa una costruzione che cresce e si ammucchia in spirali senza fine, anche qui c’è confusione di lingue, attività incessante, lavoro infaticabile, concorso accanito dell’umanità intera, rifugio promesso all’ intelligenza contro un nuovo diluvio, contro un’invasione di barbari. E’ la seconda torre di Babele del genere umano."
- Notre-Dame de Paris, V. Hugo
”
”
Victor Hugo (The Hunchback of Notre-Dame)
“
Mes žinom, kad mirsim - tiesą sakant, vien tą ir težinom apie savo ateitį. Visa kita yra tik spėliojimai, kurie dažniausiai nepasitvirtina. Kaip vaikai neįžengiamoj girioj kiūtinam apgraibom per gyvenimą, laimingi, kad nežinom, kas mums nutiks rytoj, su kokiais susidursime negandais, kokie šiurpūs išmėginimai mūsų laukia prieš patį šiurpiausią išmėginimą - Mirtį. Kartkarčiais apstulbę ryžtamės baikščiai prašnekinti savo likimą, bet atsakymo į klausimą negauname, nes žvaigždės per toli. Juo greičiau suprasime, kad mūsų likimas pareina nuo mūsų pačių, o ne nuo žvaigždžių, juo mums bus geriau. Laimę galime rasti tik patys savyje, nesitikėkite jos sulaukti iš kitų - laimės taip mažai, jog retas gali ja dalytis. Skausmą turime pakelti vieni - nesąžininga užkrauti jį kitam, vis tiek, ar tai būtų vyras, ar moteris. Kiekvienas iš mūsų turi pats savo jėgomis kvėpuoti ir kirsti iš paskutiniųjų, kaip pridera kovotojams, nes mes tokie ir esame gimę. Visi mes vieną dieną sulauksime taikos, - taikos, kuri bus garbinga net nugalėtajam, jeigu jis ištvėrė iki galo.
”
”
Axel Munthe (The Story of San Michele)
“
Namun demikian, fakta ironisnya adalah tidak ada satu pun budaya dan tradisi di dunia ini yang mengajarkan orang untuk menghargai keberadaan seorang pelacur atau seorang sundal. Dalam strata kehidupan masyarakat sejak era primordial hingga saat ini, orang orang semacam mereka cuma layak menempati tempat yang paling rendah dan kasta yang paling hina. Kita tidak pernah diajarkan orang tua kita untuk menghargai sampah masyarakat serupa itu, walau pun keberadaan mereka tetap saja dibutuhkan. Kita tak bisa menyangkal keberadaan mereka, namun di sisi lain kita sekaligus ingin menafikannya. Sebuah pandangan stereotype bahwa eksistensi mereka itu semata mata hadir karena dalam kehidupan manusia dibutuhkan sebuah peran antagonis.
Hidup yang keras ini membutuhkan kehadiran seekor kambing hitam. Bahwa hakekat kehidupan selalu diwarnai oleh dikotomi hitam dan putih. Bila ada kebaikan harus ada kebusukan sebagai kontra indikasinya. Dan para pelacur serta sundal itu dibutuhkan untuk mengukuhkan eksistensi dan keberadaan moral di dalam masyarakat. Moral tidak mungkin eksis tanpa keberadaan para pelacur. Sebagaimana tubuh tidak eksis tanpa kehadiran ruh. Tapi apakah keberadaan tubuh hanya untuk mengukuhkan keberadaan ruh sebagai sumber kehidupan? Sebagaimana anggapan bahwa mereka para pelacur dan sundal itu adalah sebuah antitesis dari kesucian dan moral kebaikan para santa? Bukankah penebusan Kristus tidak akan pernah terjadi tanpa pengkhianatan Judas? Namun pertanyaan yang sering menggelayuti benakku adalah, siapa yang semestinya layak kita sebut sebagai pahlawan dan siapa pula yang harus jadi pecundang. Bagaimana nasib Judas Iscariot dibandingkan dengan Titus, seorang perampok yang beruntung karena disalibkan bersama Kristus? Apakah Judas adalah seorang yang terkutuk dan harus menjalani siksa api neraka karena pengkhianatannya? Sementara itu, Titus adalah orang yang beruntung dan terberkati karena setelah kematiannya ia akan langsung diterima di dalam surga?
Aku tak hendak mempermasalahkan kemalangan dan keberuntungan orang lain. Ataupun pilihan pilihan hidup mereka, seandainya saja mereka memang masih punya pilihan. Alangkah baiknya bila kita bisa menanyakan hal itu kepada setiap dari mereka itu. Apakah sedari kecil mereka memang berkeinginan dan bercita cita jadi pelacur, pembegal, pencoleng, perampok atau bahkan pengkhianat? Apakah setelah dewasa mereka sengaja menyundalkan diri dan menyesatkan diri sendiri? Sekiranya orang diselamatkan atas dasar apa yang mereka imani, lalu apakah mereka juga akan menerima hukuman atas apa yang mereka perbuat kemudian? Semoga terberkatilah mereka yang malang dan terkutuk, karena mereka harus mengambil peran sebagai orang orang yang tidak beruntung dan terpaksa harus menjalani apa yang sesungguhnya tidak ingin mereka jalani. Sebagaimana aku pernah membaca sebuah kutipan yang hingga hari ini aku merasa betapa aku sungguh beruntung karena pernah membacanya. Bahwa dialektika itu bukanlah hitam atau putih, dan bukan pula terang atau gelap. Karena surga dan neraka bukanlah milik kita. Saat segalanya berakhir, cuma suara Sang Pencinta yang masih bergema dalam keheningan rimba raya, beriak di atas permukaan danau, "Duhai Kekasih, bagaimana aku hendak memberikan jantungku hanya untukmu?"
Suara itulah yang sedari dulu bergema di tengah padang gurun. Suara yang mengetuk pintu di malam buta. Dialah desau suara angin. Dialah tangisan burung bul bul. Mengapa hujan turun tergesa? Mengapa matahari lari bergegas? Mengapa manusia masih juga bertengkar, memperebutkan kebenaran yang sesungguhnyalah bukan miliknya?
”
”
Titon Rahmawan
“
1 pamoka: Geras būdas apkartinti savo laimę - lyginti.
2 pamoka: Laimė dažnai aplanko netikėtai.
3 pamoka: Daug žmonių tikisi būti laimingi tik ateityje.
4 pamoka: Daug žmonių mano, kad laimė - būti turtingesniam ir svarbesniam.
5 pamoka: Kartais laimė yra ko nors nesuprasti.
6 pamoka: Laimė - tai smagus pasivaikščiojimas gražiuose neregėtuose kalnuose.
7 pamoka: Klaidinga manyti, kad laimė yra tikslas.
8 pamoka: Laimė - būti su mylimais žmonėm.
9 pamoka: Laimė - kai tavo šeimai nieko netrūksta.
10 pamoka: Laimė - turėti mėgstamą užsiėmimą.
11 pamoka: Laimė - turėti namą ir sodą.
12 pamoka: Laimė sunkiausiai pasiekiama šalyse, kurias valdo negeri žmonės.
13 pamoka: Laimė - kai tavęs reikia kitiems.
14 pamoka: Laimė - kad tave mylėtų tokį, koks esi iš tikrųjų.
15 pamoka: Laimė - jaustis kupinam gyvenimo džiaugsmo.
16 pamoka: Laimė - tai švęsti.
17 pamoka: Laimė - tai galvoti apie laimę tų, kuriuos myli.
18 pamoka: Laimė - tai galimybė mylėti kelias moteris tuo pačiu metu.
19 pamoka: Saulė ir jūra - tai visiems prieinama laimė.
20 pamoka: Laimė priklauso nuo to, kaip mes suvokiame pasaulį.
21 pamoka: Baisus laimės nuodas - noras su kuo nors varžytis.
22 pamoka: Moterys dėmesingesnės kitų laimei nei vyrai.
23 pamoka: Laimė - tai rūpintis kitų laime.
*Būti dėmesingam kitiems.
*Neskubėti, kai grožiesi pasauliu.
”
”
François Lelord (Hector and the Search for Happiness)
“
And barbarians were inventors not only of philosophy, but almost of every art. The Egyptians were the first to introduce astrology among men. Similarly also the Chaldeans. The Egyptians first showed how to burn lamps, and divided the year into twelve months, prohibited intercourse with women in the temples, and enacted that no one should enter the temples from a woman without bathing. Again, they were the inventors of geometry. There are some who say that the Carians invented prognostication by the stars. The Phrygians were the first who attended to the flight of birds. And the Tuscans, neighbours of Italy, were adepts at the art of the Haruspex. The Isaurians and the Arabians invented augury, as the Telmesians divination by dreams. The Etruscans invented the trumpet, and the Phrygians the flute. For Olympus and Marsyas were Phrygians. And Cadmus, the inventor of letters among the Greeks, as Euphorus says, was a Phoenician; whence also Herodotus writes that they were called Phoenician letters. And they say that the Phoenicians and the Syrians first invented letters; and that Apis, an aboriginal inhabitant of Egypt, invented the healing art before Io came into Egypt. But afterwards they say that Asclepius improved the art. Atlas the Libyan was the first who built a ship and navigated the sea. Kelmis and Damnaneus, Idaean Dactyli, first discovered iron in Cyprus. Another Idaean discovered the tempering of brass; according to Hesiod, a Scythian. The Thracians first invented what is called a scimitar (arph), -- it is a curved sword, -- and were the first to use shields on horseback. Similarly also the Illyrians invented the shield (pelth). Besides, they say that the Tuscans invented the art of moulding clay; and that Itanus (he was a Samnite) first fashioned the oblong shield (qureos). Cadmus the Phoenician invented stonecutting, and discovered the gold mines on the Pangaean mountain. Further, another nation, the Cappadocians, first invented the instrument called the nabla, and the Assyrians in the same way the dichord. The Carthaginians were the first that constructed a triterme; and it was built by Bosporus, an aboriginal. Medea, the daughter of Æetas, a Colchian, first invented the dyeing of hair. Besides, the Noropes (they are a Paeonian race, and are now called the Norici) worked copper, and were the first that purified iron. Amycus the king of the Bebryci was the first inventor of boxing-gloves. In music, Olympus the Mysian practised the Lydian harmony; and the people called Troglodytes invented the sambuca, a musical instrument. It is said that the crooked pipe was invented by Satyrus the Phrygian; likewise also diatonic harmony by Hyagnis, a Phrygian too; and notes by Olympus, a Phrygian; as also the Phrygian harmony, and the half-Phrygian and the half-Lydian, by Marsyas, who belonged to the same region as those mentioned above. And the Doric was invented by Thamyris the Thracian. We have heard that the Persians were the first who fashioned the chariot, and bed, and footstool; and the Sidonians the first to construct a trireme. The Sicilians, close to Italy, were the first inventors of the phorminx, which is not much inferior to the lyre. And they invented castanets. In the time of Semiramis queen of the Assyrians, they relate that linen garments were invented. And Hellanicus says that Atossa queen of the Persians was the first who composed a letter. These things are reported by Seame of Mitylene, Theophrastus of Ephesus, Cydippus of Mantinea also Antiphanes, Aristodemus, and Aristotle and besides these, Philostephanus, and also Strato the Peripatetic, in his books Concerning Inventions. I have added a few details from them, in order to confirm the inventive and practically useful genius of the barbarians, by whom the Greeks profited in their studies. And if any one objects to the barbarous language, Anacharsis says, "All the Greeks speak Scythian to me." [...]
”
”
Clement of Alexandria (Stromateis, Books 1-3 (Fathers of the Church))
“
Perjuangan Remaja Bontang Menggapai 12 menit sebagai Sejarah.
Melihat judul buku 12 menit. Tentu kita sudah dibawa pertanyaan, apakah maksud dari 12 menit itu. Tentu banyak arti dengan 12 menit ini. Tapi dalam novel ini digambarkan 12 menit harus diraih dengan syarat yang tidak mudah, melalui pengorbanan yang tidak sedikit. Perjuangan keras para generasi remaja bontang untuk meraih kesuksean. Bisa dibilang, 12 menit ini awal dari sejarah besar untuk kota kecil di Kalimantan Timur.
Sebuah novel fiksi yang syarat dengan makna, yang patut di miliki oleh semua golongan usia. Novel karya Oka Aorora dengan tebal 343 halaman menggambarkan bagaimana sebuah kesuksesan tidak dapat diraih dengan instan, tetapi harus dengan perjuangan yang sangat keras. Apapun resiko yang dihadapi, menyulutkan semangat baja yang tidak mengenal rasa takut, lelah, dan tekat harus terus di pupuk agar lebih subur.
Cara pengarang mendiskripsikan tokoh dalam cerita ini sungguh unik. Terdapat 4 tokoh yang digambarkan dalam novel ini. Seperti Rene, pelatih alumni sebuah universitas di Amerika memiliki karakter yang sangat kuat, disiplin tinggi, keras, tapi juga lembut hatinya, ini digambarkan bagaimana dia mempertahankan satu persatu tim nya yang mengalami down dan masalah pelik dalam latihan. Dia juga tidak segan-segan meminta maaf kepada anak dididiknya ketika dia merasa bersalah. Tokoh kedua adalah Elaine. Putri semata wayang dari bos besar sebuah perusahaan yang dikenal sangat cerdas, berbakat dan dianugrahi perawakan yang elok. Dia mempunyai sifat ramah, yang pada akhirnya bagaimana dia harus bisa meyakinkan ayahnya untuk ikut menyutujui pilihan hidupnya. Tara gadis berjilbab yang pawai bermain drum ini memiliki keterbatasan pada pendengarannya. Sehingga untuk mendengar diperlukan alat bantu khusus. Bagaimana perjuangannya untuk bisa bangkit dari trauma masa lalu saat terjadi kecelakaan yang mengakibatkan ayah yang dicintainya pergi untuk selamanya, selain itu akibat lain dia harus kehilangan 80% dari pendengarannya. Lahang, seorang pemuda dari pesisir pantai yang berusaha mewujudkan mimipi almh. Ibunya untuk bisa melihat monas, tetapi dia dihadapakan pada pilihan paling sulit antara mimpinya atau menemani ayahnya yang sakit kanker otak stadium lanjut.
Semua tokoh dalam novel ini dikemas dengan sangat apik dan ringan, sehingga ketika kita membacanya, pembaca seolah-olah ikut merasakan beban dan sulitnya hidup yang dialami oleh tokoh-tokoh tersebut. Bahasa yang digunakan pun sangat sederhana, dan mudah di pahami oleh pembaca, tidak njilmet, tetapi bisa memberi kobaran api yang menyala besar.
Kelebihan dalam novel ini ke 4 tokoh memiliki karakter yang sama, yaitu keinginan yang kuat untuk membawa marching band bontang pupuk Kalimantan timur menjadi juara umum di GMPB. Terwujudkah mimpi anak negeri terpencil itu?Dreaming is believing. Meski harus dilalui dengan jerih payah tim yang luar biasa. Perbedaan masalah setiap tokoh membawa mereka pada jalan keberhasilan, penulis menggambarkan bagaimana seorang rene yang tidak hanya menjadi pelatih di lapangan. Tetapi dia bisa sebagai sahabat, saudara untuk tempat bercerita. Semisal ketika dia membantu Elaine mengalami dilema diantara dua pilhan antara mengikuti olimpiade fisika, atau terus berjuang dimarching band, dan perjuangannya menghadapi larangan keras dari ayahnya. Tara seorang gadis pendiam yang hampir berputus asa dan sempat keluar dari tim inti. Tetapi rene sebagai pelatih tidak tinggal diam, di semangati tara dan dibantu kakek neneknya, akhirnya membawa tara kembali dan meraih keberhasilan. Lahang pemuda dengan persolan pelik, ayahnya menderita sakit yang parah. Rene sempat menawarkan bantuan tetapi ditolaknya, ketika perjuangan tinggal selangkah lagi dia hampir putus asa karena ayahnya telah pergi ke Rahmatulloh. Kata-kata dari Rene meyakinkan lahang utnuk terus berjuang meski peri
”
”
oka aorora