β
Tuhan, di dunia dan akhirat
aku ingin mengabdi
pada api Islam abadi
pimpin aku!
berkati perjuanganku!
Tuhan, aku ingin maju
menerjang rintangan engkar
di dadaku biar menggema
Allahu Akbar!
Allahu Akbar!
β
β
Hamka (Cermin Penghidupan)
β
Saya menulis bukan hanya untuk dunia, tetapi juga demi akhirat saya.
β
β
Helvy Tiana Rosa
β
Cinta yang tidak dipersatukan Allah di Dunia mungkin disimpankan-Nya untuk dipersatukan di akhirat nanti.
β
β
Mahardhika Zifana (Misteri Puncak Ararat)
β
Karena Allah menjanjikan barang siapa yang menutup aib saudaranya, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Itu janji yang hebat sekali. Kalaupun ada saudara kita yang tetap membahasnya, mengungkitnya, kita tidak perlu berkecil hati. Abaikan saja. Dia melakukan itu karena ilmunya dangkal. Doakan saja semoga besok lusa dia paham.
β
β
Tere Liye (Rindu)
β
Kalau usiamu tak mampu menyamai usia dunia, maka menulislah. Menulis mperpanjang ada-mu di dunia dan amalmu di akhirat kelak.
β
β
Helvy Tiana Rosa
β
Siapa yang menuntut ilmu dengan niat yang ikhlas, dia mendapat kehormatan sebagai mujahid, pejuang Allah. Bahkan kalau mati dalam proses mencari ilmu, dia akan diganjar dengan gelar syahid, dan berhak mendapat derajat premium di akhirat nanti. Tidak main-main, Rasulullah sendiri yang mengatakan agar kita menuntut ilmu dari orok sampai menjelang jatah umur kita expired. Uthlub ilma minal mahdi ila lahdi. Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat.
β
β
Ahmad Fuadi (Negeri 5 Menara)
β
Al-Qur'an itu di alam kubur bisa memberi syafaat bagi pemiliknya, di akhirat juga memberi syafaat bagi pemiliknya.
β
β
Habiburrahman El-Shirazy
β
Manusia akan melewati tiga pase kehidupan, pertama : kehidupan dunia, kedua : kehidupan alam barzakh (kubur), ketiga : kehidupan negri akhirat, dimana kehidupan di negri akhirat bersifat kekal abadi tidak akan binasa serta tidak akan berhenti
β
β
Khalid bin Abdurrahman Asy-Syayi (Perjalanan Ruh Setelah Mati)
β
Yakinilah keberadaan-Nya. Sebab meyakini keberadaan-Nya akan membuat kita semakin mengenal hakikat sebuah persinggahan. Ada kehidupan yang lebih kekal, yaitu akhirat, yang sering kali terabaikan oleh kita, entah sadar ataupun tidak.
β
β
Febrianti Almeera (Be a Great Muslimah)
β
Ilmu dalam konteks semangat iqra' selamanya berorientasi tauhidik, bertolak daripada motivasi imanik dan bergerak mencapai objektif mengenal, mengagumi dan mengabdi kepada Ilahi.
β
β
Zulkifli Mohamad Al-Bakri (Kuasa Iqra: Menguasai Dunia, Menikmati Akhirat)
β
Ular menyusur banir
tanpa kaki tanpa tangan.
Engkau bakal menyusur
titian sirat
tanpa amalan.
(Permohonan)
β
β
Darma Mohammad (Kumpulan Puisi: Rintik-Rintik Huruf)
β
Jika cinta tidak berlandaskan ketakwaan kepada Allah, maka keduanya bisa saling bermusuh di Akhirat kelak
β
β
Habiburrahman El-Shirazy (Ayat-Ayat Cinta)
β
Bahwa hal-hal buruk akan berlalu juga.
Bahwa skenario Allah begitu indah.
Dan, dunia ini, pada akhirnya fana.
Dan, kita akan kembali ke kampung yang kekal,
akhirat.
β
β
Alvi Syahrin (Jika Kita Tak Pernah Baik-baik Saja)
β
Berkata Isa alaihi-salam seterusnya: Amat heran keadaan kalian semua. Kalian bekerja kuat untuk dunia, padahal kalian mendapat bahagian kalian dari rezeki, meskipun kalian tidak bekerja. Tetapi kalian tidak bekerja kuat untuk akhirat, padahal kalian tidak akan mendapat bahagian kalian dari pahala, melainkan dengan beramal.
β
β
Ψ§ΩΨΨ¨ΩΨ¨ ΨΉΨ¨Ψ― Ψ§ΩΩΩ Ψ¨Ω ΨΉΩΩΩ Ψ§ΩΨΨ―Ψ§Ψ― Ψ§ΩΨΨΆΨ±Ω
Ω Ψ§ΩΨ΄Ψ§ΩΨΉΩ (Penuntun Hidup Bahagia)
β
Banyaknya proletar mesin dan tanah di Indonesia dan kekuatan yang tersembunyi memang sudah cukup kuat buat merebut kekuasaan dari imperialisme Belanda. Tetapi didikannya masih sangat tipis dan tidak cocok dengan keperluan dan kewajiban klasnya di hari depan. Mereka kekurangan filsafat. Mereka masih tebal diselimuti ilmu buat akhirat dan tahyul campur aduk.
β
β
Tan Malaka
β
rasulullah s.a.w bersabda: sesiapa yg inginkan kebahagiaan didunia, maka perlulah dia berilmu, sesiapa yg inginkan kebahagiaan di akhirat, maka perlulah dia berilmu, barangsiapa yg inginkan kebahagiaan didunia dan akhirat, maka perlulah dia berilmu :)
hadith riwayat, abu hasan al mawardi
β
β
abu hassan almawardi
β
Menantimu dengan kerinduan, menjemputmu dengan kekhusyuβan, menikahimu dengan keimanan. Itulah caraku memuliakanmu, duhai pendamping impian.
β
β
Ikhsanun Kamil Pratama & Foezi Citra Cuaca Elmart (Jodoh Dunia Akhirat)
β
Riba yang sentiasa mengekori setiap hutang di zaman moden ini akan menjadi bara api di akhirat kelak. (ms 110)
β
β
Nik Abdul Aziz Nik Mat (Insan, Ingatlah: Sebuah Panduan Menuju Hati yang Tenang)
β
Selalu ada saja jenis orang yang terlalu sibuk memikirkan akhirat sehingga tak pernah belajar hidup di dunia ini.
β
β
Harper Lee (To Kill A Mockingbird: Harper Lee -- Book Summary And Analysis! (To Kill A Mockingbird: Book Summary And Analysis-- Summary!))
β
Untuk urusan dunia melihatlah ke bawah, namun untuk urusan akhirat melihatlah ke atas.
β
β
Widji
β
Kita mungkin belum jadi apa-apa di dunia
Namun, mudah-mudahan, di akhirat kelak
kita jadi apa-apa.
β
β
Alvi Syahrin (Jika Kita Tak Pernah Baik-baik Saja)
β
Segala macam ilmu itu hendaklah mendatangkan bahagia dunia dan akhirat. Tahu membedakan bahagia dan bahaya. Ilmu haruslah memberi manfaat kepada diri dan kepada masayarakat.
β
β
Hamka (Falsafah Hidup)
β
Siapa saja yang tidak lebih dulu merasakan surga dunia, tidaklah dia akan merasakan nikmat surga akhirat.
β
β
Hamka (Falsafah Hidup)
β
Kepercayaan akan hari Akhirat itu adalah obat hati, menghadapi dunia yang penuh kecewa dan kepalsuan ini.
β
β
Hamka (Tasauf Modern)
β
Ya Rabb, janganlah Engkau pisahkan di antara dua orang yang saling mencintai kerena (keagungan) Mu. Janganlah Engkau pisahkan mereka di dunia maupun akhirat. Selimutilah mereka dengan sepenuh rahmatMu.
β
β
Sasdanu Priambodo
β
Lintasan hati penggerak keinginan itu ada dua jenis; yang mengajak ke arah kejahatan atau yang membawa kepada akibat yang buruk, dan yang mengajak ke arah kebaikan atau yang mendatangkan manfa'at di akhirat kelak. Kedua-dua lintasan hati ini sangat berbeza di antara satu sama lain dan masing-masing mempunyai namanya yang tersendiri. Lintasan hati yang baik dinamakan ilham, dan lintasan hati yang dikeji dinamakan waswas.
Lintasan-lintasan hati ini adaah berupaya kejadian dan setiap kejadian itu tentu ada yang menjadi dan menyebabkannya. Kejadian-kejadian yang berlainan menunjukkan sebab-sebab yang berlainan pula. Terangnya sesebuah rumah itu tentulah bukan berpunca dari sesuatu yang menyebabkannya menjadi gelap. Begitu juga dengan keadaan terang dan gelapnya hati yang mana sebab kedua-duanya adalah berbeza. Sebab lintasan yang mengajak ke arah keyakinan dinamakan malaikat, dan sebab lintasan hati yang mengajak ke arah kejahatan dinamakan syaitan. Keadaan yang dengannya hati bersedia untuk menerima ilham kebaikan dinamakan taufiq, dan keadaan yang dengannya hati bersedia untuk menerima waswas (bisikan) syaitan dinamakan khazlan (pengecewa).
β
β
Abu Hamid al-Ghazali (Penyakit-penyakit Hati)
β
Meskipun dosa itu hanya terbahagi kepada dua, iaitu dosa kecil dan dosa besar, tetapi lorong menuju kepada dua jenis dosa terlalu banyak dan bersimpang siur. Diri manusia menjadi gelanggang dosa, sementara hati, fikiran dan anggota yang lahir menjadi pintunya. (ms 111)
β
β
Nik Abdul Aziz Nik Mat (Insan, Ingatlah: Sebuah Panduan Menuju Hati yang Tenang)
β
Jangan hanya hidup
tapi binalah kehidupan
Jangan hanya jadi manusia
tapi milikilah sifat kemanusiaan
Jangan hanya mencari keperluan
tetapi burulah tujuan
Jadilah hamba Allah
yang penuh rasa kehambaan !
InsyaAllah, akan melimpah ketenangan ..
... sekalipun sedikit kesenangan.
β
β
Pahrol Mohamad Juoi (Pesan Hati untuk Hati)
β
Sejak kecil dekat dengan Allah, saat dewasa jangan pernah sedetik pun kita bergantung pada selain Allah! Ketika menulis, pena dan jemari kita gerakkan karena Allah, untuk Allah. Maka tulisan kita tak hanya jadi manfaat dan rahmat di bumi, tapi insya Allah menjelma cahaya akhirat kita.
β
β
Helvy Tiana Rosa
β
Jika kita telah mendengar 'A', maka kita telah mendengar 'A'.
Jika kita telah melihat 'A', maka kita teelah melihat 'A'.
Jika kita telah mengatakan 'A', maka kita telah mengatakan 'A'.
Jika kita telah melakukan 'A', maka kita telah melakukan 'A'.
Dan kita harus mempertanggungjawabkannya, baik di dunia maupun di akhirat.
β
β
M Alfan Rusyda
β
Memberi itu bisa disebut sebagai 'memberi' hanya jika kita tidak mengharap apapun kembali. Kalau sudah mengharap sesuatu kembali, namanya bukan lagi disebut memberi, melainkan 'bertukar'. Dalam memberi terdapat sebuah kesadaran untuk melepaskan.
Melepaskan sesuatu dari diri kita, untuk yang lain diluar diri kita.
Jadi (misalnya) kamu memberi sejumlah uang (alat tukar dunia manusia) kepada seorang pengemis, dengan maksud memperoleh/mengharap pahala (alat tukar dunia akhirat) untuk bekal hidupmu kelak. Tindakanmu tersebut, tidak bisa disebut sebagai 'memberi', karena yang kamu inginkan sesungguhnya adalah 'pertukaran'.
Kamu melepaskan sesuatu dari dirimu (sejumlah uang) dengan harapan memperoleh sesuatu yang lain dari luar dirimu (pahala) untuk bertukar dengan apa yang tadi telah kamu lepaskan.
Dengan demikian tindakanmu tersebut masuk ke dalam domain 'bertukar', bukan 'memberi'. Janganlah dulu terlalu jauh bicara soal ikhlas dan tidak ikhlas, jika membedakan antara memberi dan bertukar saja kita seringkali masih keliru.
β
β
Ayudhia Virga
β
Janganlah engkau senang bila sudah banyak mengetahui ilmu dunia, tapi belum banyak mengetahui ilmu akhirat. Dengan kata lain, bagaimana mungkin engkau merasa nyaman ketika tidak mengetahui aturan agama tentang tata cara ibadah, padahal engkau tidak merasa nyaman ketika engkau tidak mengetahui pandangan ilmu pengetahuan dalam masalah-masalah duniawi?
β
β
syaikh fuad shahih
β
... yang dikatakan iman itu ialah berikrar dengan lisan, membenarkan dengan hati dan membuktikan dengan perbuatan.
β
β
Nik Abdul Aziz Nik Mat (Insan, Ingatlah: Sebuah Panduan Menuju Hati yang Tenang)
β
Bila menikah sudah menjadi azzam yang begitu dirindukan, taruhlah ia dalam iman, agar setiap jalan untuk menujunya adalah kebaikan.
β
β
Ikhsanun Kamil Pratama & Foezi Citra Cuaca Elmart (Jodoh Dunia Akhirat)
β
Sinar itu kembali mengetuk jendelaku
ingin menyampaikan kabar di pagi jum'at
manyatukan kembali jiwa dan jasadku
membangunkanku dari kematian yang sesaat
cerahnya pagi memberi isyarat
menyentuh kulitku menyisahkan hangat
seorang manusia menebak makna dalam isyarat
berdiri di antaraΒ sekat sekat
berharap keluar dari tembok tembok penyekat
menatap indahnya bunga dari dekat
menghibur hati yang telah lama sekarat
menyimpanya untuk dunia dan akhirat
β
β
virga anwarektino
β
Seorang laki-laki dengan tergesa-gesa datang kepada Amirul Mukminin, Umar bin Khattab ra, ia berkata: "Wahai Amirul Mukminin, aku melihat si fulan dan fulanah saling berpelukan di belakang pohon kurma."
Umar langsung mencengkram kerah bajunya, mengambil tongkatnya dan memukul laki-laki itu dengan tongkat tersebut satu kali..
"Mengapa engkau tidak menutupinya dan engkau berharap dia akan bertaubat?", tegas Umar bin Khattab ra. " Sesungguhnya Rasulullaah SAW pernah bersabda, 'Barangsiapa yang menutupi aib seseorang di dunia, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.'"
Di lain waktu Umar bin Khattab ra, berkata: "Beginilah seharusnya kalian berbuat, jika kalian melihat saudara kalian tergelincir langkahnya maka tutupilah dan tolonglah serta berdo'alah kepada kepada Allah agar Dia berkenan mengampuni dosanya. Dan janganlah kalian menjadi pembantu setan untuk mencelakakannya.
β
β
Khalid Muhammad Khalid (5 Khalifah Kebanggaan Islam)
β
Kekayaan jangan sampai jadi matlamat hidup manusia, kerana manusia dicipta oleh Allah swt adalah untuk mengabdikan diri dan berbakti kepadaNYA, maka harta bahkan dunia ini seluruhnya hanya alat untuk berbakti kepadaNYA jua. (ms 108)
β
β
Nik Abdul Aziz Nik Mat (Insan, Ingatlah: Sebuah Panduan Menuju Hati yang Tenang)
β
Jika saintis telah mengajar kita mengenai cakrawala, jirim dan jisim yang dapat kita saksikan dengan pancaindera kita sendiri, para rasul mendidik kita mengenai perkara-perkara yang ghaib. Kalau ahli teknologi telah memudahkan urusan-urusan kehidupan kita, para rasul mendidik kita mengenai matlamatnya. Jikalau para pedagang telah memberikan kita untung dan laba, para rasul mendidik kita mengenai βperniagaan yang akan menyelamatkan kamu daripada azab yang maha pedih...β (al-Saff, 61: 10). Jika para petani telah menanam makanan keperluan kita, para rasul mendidik kita bahawa dunia ini ladang akhirat; manusia hanya menyemai dan memupuk kebaikan atau keburukan di dunia, kebahagiaan sarmadi atau kesengsaraan tragis akan dituai di akhirat. Kalau arkitek telah mereka-bentuk dan jurutera mereka-bina bangunan, para rasul mendidik kita mengenai pembentukan dan pembinaan serta penyempurnaan sakhsiah insan. Jikalau seniman telah mencipta karya seni yang halus dan indah, para rasul telah mendidik kita mengenai pemerindahan jiwa itu sendiri. Jika tentera telah mempertahankan keselamatan negara kita, para rasul mendidik kita untuk menjadi laskar yang mempertahankan kubu kalbu dan benteng jiwa dari rasukan serangan gerombolan musuh nyata manusia, iaitulah Iblis, shaitan dan bala tentera mereka, laβnatullahu βalayhim.
β
β
Mohd Sani Badron
β
Baiklah anakku, marilah coba kita berpikir. Bagaimana mungkin kamu menolak dan menyangkal dirimu sendiri? Rasa lapar itu, hasrat dan keinginan itu. Bagaimana kamu hendak menafikannya, atau berpura pura menganggapnya tak ada? Bagaimana kamu bisa menolak kesenangan dan kepuasan serta menganggapnya sebagai bagian yang terpisah dari nilai nilai kemanusiaan itu sendiri?
Tak bisa kita pungkiri, bahwa bersenang senang adalah kodrat naluriah manusia. Di mana segala sesuatu yang hadir di dunia ini diciptakan dengan sebuah tujuan. Sebab, bila kesenangan itu hadir bukan sebagai buah dari kebaikan Hati Tuhan, lalu bagaimana kita tahu, bahwaΒ penderitaan seorang petarak, kesengsaraan para pelaku asketis, perjuangan mengatasi rasa lapar bagi orang orang yang berpuasa adalah juga buah dari kebaikan hati Tuhan?
Bagaimana para praktisi asketisme dalam berbagai keyakinan ini bisa dengan sengaja menampik kenikmatan duniawi? Membiarkan hidupnya dikuasai penderitaan lahiriah dengan menjalani gaya hidup berpantang, berpuasa tanpa kenal waktu, bahkan ada yang menyiksa dirinya sendiri demi mengejarΒ penebusan dosa,Β keselamatan akhirat dan sekaligus pencapaian rohani.
Kalaupun para pelaku asketisme ini meyakini, bahwa tindakan mereka itu didasari oleh sebuah pandangan; penderitaan adalah wujud perjalanan menuju transformasi rohani. Di mana rasa lapar itulah kenyang yang sesungguhnya, kesederhanaan adalah tanda berkecukupan, kebahagiaan sejati ada dan tinggal di dalam diri, dan berkekurangan adalah bentuk nyata dari berkelimpahan yang sebenarnya. Lalu, bagaimana kesenangan dan kenikmatan bisa dijadikan batu uji untuk menilai keimanan seseorang?
Apakah kesenangan surgawi harus dibayar dengan penderitaan atas dunia? Dan sebaliknya, apakah kesenangan dunia akan menjadi antitesis bagi kesenangan surgawi? Bila kesenangan surgawi itu setara dengan lautan susu dan madu, serta kehadiran para bidadari nan cantik sebagai sumber kesenangan dan kebahagiaan kita. Lalu apa bedanya kesenangan duniawi dan kesenangan surgawi? Bukankah surga itu tempat yang konon penuh dengan kenikmatan dan kesenangan?
Jadi, bagaimana laku tirakat bisa dijadikan cerminan bentuk ketaatan kita kepada Tuhan, sementara hati manusia masih terikat pada dunia? Sementara di dalam hatinya, manusia masih saja menyimpan benih benih kecacatan di dalam dirinya sendiri. Mengapa orang harus berpura pura saleh dan seolah wajib menjaga tindak-tanduknya di muka umum demi nilai nilai kebenaran dan kemuliaan yang ia yakini? Namun di sisi lain, ia tidak dapat menepiskan hasrat kecemaran di dalam pikirannya?Β Bagaimana manusia dapat membuang yang satu untuk mendapatkan yang lain? Bagaimana yang palsu adalah juga yang asli, dan kepura-puraan jadi kebenaran yang hakiki? Bukankah itu sebuah hal yang kontradiktif dan saling bertolak belakang?
Bagiku, ini bukan semata-mata soal kesenangan. Bagaimana kita bisa menolak anugerah yang seindah ini? Salah satu puncak dari kepuasan ragawi yang pantas kita syukuri adalah karena Tuhan memberikan kita anugerah untuk bisa merasakan semua itu. Mengapa Tuhan bersusah payah memberi manusia kesenangan hanya untuk menjadikan itu sebagai batu ujian atas keimanannya? Bukankah rencana Tuhan selalu baik dan indah? Bukankah rencana Tuhan selalu menyenangkan? Dan hanya kitalah yang tidak tahu apa artinya bersyukur. Tuhan ingin manusia menyenangkan diri. Sebab percayalah, tak ada satu hal pun yang tercipta tanpa melekat suatu maksud di dalamnya. Dan semestinyalah kita manusia menerima hal itu dengan penuh rasaΒ syukur, terlebih atas semua nikmat yang teramat sangat luar biasa ini. Karena keindahan semestinya mendatangkan kegembiraan, dan kegembiraan mendatangkan rasa syukur. Jadi bagaimana kita bisa mendustakan kenikmatan serupa itu?
β
β
Titon Rahmawan
β
...Kita hanya manusia yang kerdil yang mendiami daerah-daerah bumi. Kita hidup di sini untuk mencari bekal satu perjalanan hidup ke alam akhirat yang kekal abadi.
Orang-orang yang tidak berjuang dalam kehidupan ini akan pergi ke sana jua. Orang-orang yang berjuang memang menyedari dunia ini sementara. Ada sesuatu yang perlu ditinggalkan untuk kebaikan manusia di dunia yang fana ini. Ada juga sesuatu yang diusahakan sebagai bekalan untuk kehidupan abadi di samping Pencipta Yang Maha Agung, Allah.
Jika hidup itu ialah menanti perginya pagi dan datangnya petang, menanti perginya petang dan hadirnya dinihari; apalah kemanisan yang dapat dikecap daripada kehidupan sebegitu.
Hidup ini ialah perjuangan hidup segigihnya. Manusia yang mengerti tidak akan mengalah terhadap cabaran masa dan tempat. Hidup menjadi indah dengan hadirnya perjuangan. Isyraf Eilmy terasa pernah terbaca sebuah wacana kecil erti kehidupan.
Saudaraku. Tegakkan mukamu dan ukir senyuman di wajahmu. Senyuman itu ialah sedekah daripada orang yang punyai harta dan jiwa. Sekuntum senyumanmu ialah wajah sebuah kehidupan yang tidak terhakis oleh kesusahan. Selagi kau menundukkan mukamu lalu merenung kedua-dua belah kakimu, selagi itu kau masih terbelenggu dalam simpulan-simpulan kekusutan yang membalut sudut hatimu.
Apabila jiwamu kosong daripada cahaya hidayah, maka kehidupanmu umpama lorong duka lara yang menjerit pekik minta dikasihani, simpang-siur kesepiannya ialah kekeliruan dan kekecewaan yang menerpa sedangkan deru angin semilirnya ialah nyanyian kedukaan yang tidak didendangkan oleh jiwa yang kental.
Mengapakah kau rasa tiada lagi keindahan pada mahligai tersergam juga kecintaan terhadap segala kemewahan dan solekan dunia? Mengapakah harus kau mencari suatu kepastian tentang bila akan berakhirnya kehidupan sedangkan baki usiamu tidak pernah menjanjikan rumusan kebahagiaan?
Usah lagi kau mimpikan ke manakah perginya kelazatan pada sajian hebat yang terhidang di meja kehidupan. Usah lagi kau kenangkan dari manakah datangnya kepanasan di ruang cinta syahdu penuh keasyikan. Kembalilah kepada martabat diri.
β ms.9-10, Sarjana Bangsa
β
β
Hasanuddin Md. Isa
β
Sudah cukup banyak kecongkakan di dunia ini tanpa harus mengekspornya ke akhirat.
β
β
Sadie Kane
β
hidup di dunia ini hanya mampir minum saja. Kita masih harus melewati dua alam yang mungkin lebih lama dari pada usia kita: alam barzakh dan alam akhirat.
β
β
Sirot Fajar (30 Renungan Agar Sukses Menjalani Hidup)
β
Mas pernah bilang, bagi Mas, saya itu perhiasan dunia akhirat. Kenapa bisa bilang begitu?β
βKamu cantik. Itu jelas. Dan karena pada waktunya, saya selalu lihat sepatu kamu di Mushola Perempuan
β
β
Adhitya Mulya (Sabtu Bersama Bapak)
β
Apa tidak bisa kita bahagia di dunia dan sekaligus di akhirat? Apa tidak ada pengobatan yang menyenangkan sekaligus menyembuhkan? Apa benar ada yang harus dikorbankan untuk mengatasi masalah kita?
β
β
Fahruddin Faiz (Ihwal Sesat Pikir dan Cacat Logika: membincang cognitive bias dan logical fallacy)
β
Teruntuk Dosa
Softcopy demi pribadi kita di akhirat kelak, Hardcopy demi keturunan dan sekitar kita nanti.y
Maka Senyumlah demi pagi Dunia :)
#LittleThingtoEveryLife
β
β
Muhammad Adha
β
Kesadaran bahwa kita sebagai seorang musyafir merupakan sesuatu yang harus kita miliki. Sebab, kesadaran bahwa kita ini βorang akhiratβ akan menjadikan kita senantiasa ingat dengan hakikat kehidupan ini. Kesadaran itu akan mendorong kita untuk giat dan semangat beramal; bersegera melakukan amal shalih dan melakukan ketaatan; dan bersungguh-sungguh memanfaatkan waktu kehidupan ini..
β
β
Sirot Fajar (30 Renungan Agar Sukses Menjalani Hidup)
β
Seperti karang meneteskan air dilautan, jika kamu sadar dunia itu bagaikan tetesan air dan akhirat adalah lautan tersebut..
β
β
Widji
β
Jangan iman kita menjadi lusuh kerana sibuk memberi pesan kepada orang lain, sibuk mahu berdakwah kepada orang lain sampai terlupa nasib akhirat sendiri.
Setiap hari, perbaharuilah iman !
β
β
Afdholul Rahman
β
Move On itu bukan melupakan, tapi mengikhlaskan
β
β
Ikhsanun Kamil Pratama & Foezi Citra Cuaca Elmart (Jodoh Dunia Akhirat)
β
Seseorang Islam itu sudah cukup untuk dikatakan menyeleweng apabila dia meninggalkan jiha di jalan Allah, melekat pada dunia, mencintai dunia melebihi akhirat, tunduk kepada syahwat dan tenggelam dalam maksiat, hingga mereka dihina oleh Allah dengan kegagalan yang paling besar kepada mereka dan menjadikan pimpinan mereka pada tangan golongan yang menyeleweng dan rosak.
β
β
Troll Tarbawi (Heartshot Buatmu Ikhwah)
β
Sumbu lilin tersangat dekat
dengan api.
Roh engkau tersangat dekat
dengan barzakh.
(Melihat Akhirat)
β
β
Darma Mohammad (Kumpulan Puisi: Rintik-Rintik Huruf)
β
Wahai pemuda,
Sakura. Musim bunga. Pelajaran indah daripada Tuhan buat kita. Yang cantik di mata, akan habis gugur semua. Akhirnya. Begitu kehidupan dunia yang membuatkan kita terpesona dan tergoda dengan keenakan dan keseronokannya. Hingga terlupa, di akhirat nanti syurga adalah keindahan yang kekal selamanya..
β
β
Muzaf Ahmad
β
Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dia dalam masalah akhirat.β
-Hasan Al Bashri-
β
β
Hasan Al Bashri
β
Siapa yang mematikan dirinya di dunia, berarti menghidupkannya di akhirat.
β
β
Ali bin Abi Thalib ra
β
Jadi rajalah engkau di dunia, supaya engkau memperoleh kerajaan di akhirat. Caranya adalah zuhudlah kepada dunia dan pakailah qana'ah, itulah kerajaan yang paling besar.
β
β
Hamka (Tasauf Modern)
β
Tidak semua amal kebaikan harus dimonetisasi atau ditukar dengan materi di dunia. Adakalanya kita perlu memiliki kebaikan sunyi yang kelak semoga menjadi jalan penerang di akhirat.
β
β
Ali Adhim
β
Perjalanan dalam hidup memang panjang dan berbagai-bagai ranjau akan ditempuhi. Memang pun aku yakin sejak aku belajar agama dulu bahawa dunia ini ibarat pentas, dunia ini hanyalah pinjaman. Di pentas inilah pelbagai lakonan dipersembahkan melalui pelbagai skrip.
Dan, aku juga percaya hidup ini sebagai sebuah buku diari yang mencatat segala tindakan dan kelakuan. Akan tetapi, kematianlah yang menamatkan catatan itu. Ia sama sekali tidak boleh disambung dan diari itulah yang akan dibaca dan dinilai di akhirat nanti.
β
β
Azizi Abdullah (Memoir Seorang Guru)
β
Peugah haba dumpu jeut,
Asai buet bek lage yang na,
Keumeung akhirat adoe tajak beut,
Keumeung donya gata sikula.
β
β
Robi Aulia Abdi
β
Orang pasti tak akan bisa sama-sama terus. Masing-masing orang akan berubah. Masing-masing orang akan mendapati jalannya sendiri-sendiri, baik jalan hidup di dunia maupun jalan hidup di akhirat.
β
β
Mahfud Ikhwan (Kambing dan Hujan: Sebuah Roman)
β
Agama yang perlu buat dunia ialah agama yang mengizinkan mementingkan dunia dan tidak lalai urusan akhirat.
β
β
Hamka (Falsafah Hidup)
β
Menulis untuk saham akhirat. Tulis baik dapat pahala. Tulis dusta domba fitnah dapat dosa.
β
β
simpleshida
β
Penghujung dari kehidupan ini ada pada alam akhirat. Dan
manusia tidak lain diciptakan untuk kehidupan yang abadi.
β
β
Sibel Eraslan (Maryam: Bunda Suci Sang Nabi)
β
Dengan pindah rumah dapat dimisalkan dari alam sempit, kandungan ibu, menangis ketika lahir. Padahal lama di dunia, kita pun betah tinggal di sini. Demikian pula pindah dari dunia ke akhirat, melalui maut. Yang gulut hanyalah di hari kita pindah itu. Dan hari pindah itu tidaklah lama.
β
β
Hamka (Tasauf Modern)
β
Jangan tinggalkan kami... Berikanlah kebaikan kepada kami di dunia dan akhirat. Kami sangat membutuhkan pertolongan-Mu yang paling kecil sekalipun. Lindungilah kami dari godaan setan dan nafsu...
β
β
Sibel Eraslan (Asiyah: Sultanah Nil)