Akhir Zaman Quotes

We've searched our database for all the quotes and captions related to Akhir Zaman. Here they are! All 10 of them:

β€œ
Konon, Dajjal akan muncul di akhir zaman. Dia bermata satu dan memiliki kekuatan besar. Jangan-jangan, kitalah Dajjal. Manusia, mayoritas dari makhluk yang hidup di bumi ini, punya kekuatan yang besar, akan sampai pada masa di mana melihat semuanya dengan sebelah mata.
”
”
Reza Nufa (Hanif)
β€œ
. di hamparan dunia yang penuh perdebatan ini. tuhan menjanjikan akhir zaman untuk sepasang mata. dan cucu adam menciptakan resah,gelap dan kerusuhan saja. . . mungkin kita hanya debu atau sebuah sejarah, yang berjalan di bawah samudera. atau dengan ke tidak berdayaan ini. berambisi menembus firmament ~Andra dobing
”
”
andra dobing
β€œ
akhir akhir ini kita sudah sangat jelas melihat bahwa perkembangan zaman semakin cepat. sekarang berbagai cara cara tradisional semakin ditinggalkan. termasuk cara orang berdagang mencari uang dan mencari barang. Dengan maraknya perdagangan antar negera yang saat ini terjadi kian deras. Dimana prilaku tersebut disebut import / importir untuk orang yang membeli dari negera lain, dan export / exportir untuk orang menjual barang keluar Negeri. Peranan Forwarder seperti importsini.com sangatlah penting
”
”
importsini
β€œ
Herankah jika sekiranya berkali-kali terdengar berita bahwa ada orang mengambil surat Qur'an untuk menggosok sepatunya, herankah kita kalau ada orang yang mengatakan Nabi Muhammad itu, seorang "jahat", herankah kita kalau ada orang membawa anjing ke dalam mesjid, dan berkali kali, berturut-turut adanya, hilang satu timbul dua, tidak berhenti. Apakah sebabnya orang begitu lancang, tak lain disebabkan, hanya karena orang telah tahu bahwa umat ini sudah mati hatinya, mati semangatnya, tidak ada lagi cintanya kepada yang patut-patut dicintainya, sebabnya itu cemburu pun tidak pula ada lagi.
”
”
Hamka (Akhlaqul Karimah)
β€œ
Di balik secangkir kopi, ada sebuah cerita panjang yang membuatnya sedap dan memikat. Cerita saat masih menjadi bibit, melalui berbagai mesin hingga akhirnya diantar ke mejamu. Tanpa cerita, minuman hitam itu tidak akan dapat ditemukan keindahannya yang bertahan melewati zaman. Dan, kita seperti kopi. Berproses, berjuang, berkorban. Semua demi keindahan pada akhir cerita. Kopi mengajarkan kita, tidak ada yang singkat untuk menjadi sesuatu yang menakjubkan.
”
”
Ifa Inziati (28 Detik)
β€œ
―dengan ini Anda dipanggil untuk mengabdikan diri sebagai seorang misionaris Gereja Yesus Kristus dari Nabi-Nabi Zaman Akhir. Diantisipasi bahwa Anda akan mengabdi untuk jangka waktu 24 bulan, dan Anda ditugaskan untuk bekerja dalam Misi...” Aku terdiam sejenak dan menatap keramaian. β€œ...Misi Kamboja–Phnom Penh.” Sorak-sorai pun menggema, Amanda sampai teriak. Tuhan, Kamboja benar-benar jauh di luar dugaanku. β€œSelamat, kawan! Kudengar tarantula goreng sangat populer.” kata John.
”
”
Deny Setiyadi (Negeri Keajaiban (Trilogi Negeri Keajaiban, #1))
β€œ
Kekeliruan tentang istilah ulama ini tidak wujud pada zaman generasi awal Islam sehinggalah menjelang waktu proses sekularisasi ilmu oleh Barat. Sebabnya ialah, ilmuwan Islam pada ketika itu berupaya menguasai kedua-dua bidang ilmu secara bersepadu sama ada ilmu kealaman, juga ilmu keagamaan. Pada ketika itu, tidak timbul maksud jahil dalam suatu cabangan ilmu. Bahkan ilmu kealaman pada ketika itu pun disaring dan dikembangkan menerusi pengetahuan dari al-Quran dan al-Sunnah itu sendiri.
”
”
Shukri Ahmad (Pengaruh Pemikiran Ulama di Semenanjung Malaysia Akhir Abad Ke-20)
β€œ
Kesungguhan Syeikh Daud Abd Allah al-Fatani menulis kitab yang berjumlah 57 buah dalam serba kekurangan, tanpa mengharapkan apa-apa ganjaran material tentu menjadi suatu pukulan kepada ulama yang ebrada pada zaman serba medwah yang tidak dapat menghasilkan karya.
”
”
Shukri Ahmad (Pengaruh Pemikiran Ulama di Semenanjung Malaysia Akhir Abad Ke-20)
β€œ
Setiap hidup manusia meretas sebuah jalan menuju diri sendiri, suatu rintisan dalam perjalanan yang begitu rupa; menangkap isyarat-isyarat sepanjang jalan. Tidak seorang pun benar-benar dan utuh menjadi dirinya sendiri--ada yang dengan kedunguan, ada yang lebih cerdik, setiap orang berusaha sebaik mungkin. Setiap manusia membawa jejak-jejak kelahirannya--kesederhanaan dan cangkang dari zaman prasejarahnya--dalam dirinya sampai akhir hayatnya. Sebagian tidak pernah menjadi manusia, tetap menjadi katak, cecak, atau semut. Sebagian menjadi manusia dari pinggang ke atas, tetapi pinggang ke bawah ikan. Setiap orang menampilkan sebuah perjudian sebagai bagian dari alam dalam penciptaan manusia. Kita memiliki asal-muasal yang sama, ibu kita; kita semua berasal dari pintu yang sama. Tapi kita masing-masing--mencoba memahami kedalaman pikiran--berjuang menjemput takdir. Kita dapat memahami satu sama lain, tapi masing-masing kita hanya mampu memahami diri kita demi kita sendiri." (Sejumput prolog dari Hermann Hesse dalam novel "Demian" terjemahan Sovia V. P. yang saya kutip untuk lembar pembuka skripsi)
”
”
Hermann Hesse (Demien: The Story Of Emil Sinclair's Youth)
β€œ
Setiap hidup manusia meretas sebuah jalan menuju diri sendiri, suatu rintisan dalam perjalanan yang begitu rupa; menangkap isyarat-isyarat sepanjang jalan. Tidak seorang pun benar-benar dan utuh menjadi dirinya sendiri--ada yang dengan kedunguan, ada yang lebih cerdik, setiap orang berusaha sebaik mungkin. Setiap manusia membawa jejak-jejak kelahirannya--kesederhanaan dan cangkang dari zaman prasejarahnya--dalam dirinya sampai akhir hayatnya. Sebagian tidak pernah menjadi manusia, tetap menjadi katak, cecak, atau semut. Sebagian menjadi manusia dari pinggang ke atas, tetapi pinggang ke bawah ikan. Setiap orang menampilkan sebuah perjudian sebagai bagian dari alam dalam penciptaan manusia. Kita memiliki asal-muasal yang sama, ibu kita; kita semua berasal dari pintu yang sama. Tapi kita masing-masing--mencoba memahami kedalaman pikiran--berjuang menjemput takdir. Kita dapat memahami satu sama lain, tapi masing-masing kita hanya mampu memahami diri kita demi kita sendiri." (Sejumput prolog dari Hermann Hesse dalam novel "Demian", terjemahan Sovia V. P.)
”
”
Hermann Hesse (Demian)